Simfoni Tarling dari Cirebon untuk Nusantara, Siap Tampil Megah di Ibu Kota

Kamis 06-04-2017,12:45 WIB
Reporter : Harry Hidayat
Editor : Harry Hidayat

CIREBON- Persembahan Cirebon untuk nusantara dari Majelis Seni dan Tradisi (MeSTi) Cirebon akan dibuktikan dalam panggung Simfoni Tarling di Gedung Graha Bhakti Taman Ismail Marzuki Jakarta, 7-8 April 2017. Ratusan seniman dan kreator mempersembahkan karya terbaiknya. Sutradara, Dedi Kampleng mengatakan persiapan sudah lebih dari 90 persen. “Tinggal nunggu persenannya saja,\" ujarnya sembari tertawa saat berbincang dengan Radar, kemarin. Dari sekian banyak seni tradisi Cirebon, kenapa tarling yang dipilih? Dedi menjelaskan, tarling merupakan kesenian yang dinamis. \"Tarling itu tidak kaku, berkembang dengan masanya. Itu yang membuat tarling bertahan sampai sekarang,\" lanjutnya. Simfoni tarling bukan hanya gelaran kesenian musik tarling biasa. Yang membuatnya istimewa adalah diiringi tabuhan oeblet tabuhan nusantara etnik orekestra. Sebuah seni pertunjukan perpaduan antara orkestra dan original tarling yang berkolaborasi dengan seni tari, seni sastra dan multi media, serta berbagai seni lainya yang menjadi kekayaan Nusantara. Pertunjukan ini berupaya menghadirkan sejarah dan perkembangan tarling dengan suguhan panggung, tata cahaya, tata artistik modern yang berlatar belakang tradisi Cirebon dengan menampilkan maestro tarling dari setiap zamannya, seperti H Sunarto atau yang dikenal dengan sapaan Kang Ato, Hj Uun Kurniasih, Hj Nengsih, serta diva tarling Nunung Alvi, dan Diana Sastra. Tak hanya suguhan panggung yang berbeda, rencananya dalam helatan tersebut akan ada kesenian lainnya yang meramaikan di luar panggung. Seperti kesenian buroq dan genjring. \"Itu juga kalau ada rejeki tambahan ya, karena semua ini kita swadaya. Rencananya kita juga akan bawa makanan khas Cirebon, kayak nasi jamblang, tahu gejrot, empal gentong dan oleh-oleh lainnya supaya pengunjung yang hadir bisa mencicipi,\" ungkap pria berambut gondrong itu. Lalu, apa alasan tampil di ibu kota? Dedi menilai, dulu Cirebon sangat dikenal di nusantara. Entah kenapa, lanjut Dedi, saat ini Cirebon seolah menghilang. Oleh karena itu, dengan Simfoni Tarling, pihaknya ingin mengingatkan kembali bahwa Cirebon itu ada dan mampu menampilkan seni tradisi daerah untuk seluruh warga, bukan hanya warga Cirebon tapi juga nusantara. \"Ini sebetulnya bentuk strategi, agar masyarakat terutama generasi muda tahu tarling. Kenapa Jakarta? Karena ibu kota itu pusat tontonan. Ketika \'ibu\' tidak pernah memanggil kita, kita yang sowan ke sana,\" tuturnya. Dengan panggung yang memadai, Dedi berharap persembahan Simfoni Tarling menjadi motivasi para seniman dan budayawan untuk bisa berkembang. Jika biasanya seni tradisi ditampilkan dengan sarana seadanya, lewat Simfoni Tarling pihaknya ingin membuktikan juga bahwa panggung seni tradisi pun bisa megah. \"Jangan salahkan anak muda yang meninggalkan seni tradisi dan lebih suka budaya barat, karena terkadang penampilan tari topeng misalnya, pake spanduk, soundnya gak enak, lampu 5 watt, itu membosankan. Nah, Simfoni Tarling saya harap bisa mengalahkan panggung musik Bonjovi atau Michael Jackson sekalian,\" terangnya. Tak hanya itu, kata Dedi, Simfoni Tarling juga sebagai teguran untuk pemerintah daerah. Artinya, lanjut dia, jangan hanya membandingkan dengan kota lain yang lebih berkembang. \"Cirebon juga hebat kok, punya ratusan seni tradisi. Ini yang perlu diingat, jangan sampe gaji pengennya utuh tapi tidak mengerti bagaimana mengembangkan daerah,\" tegasnya. Dedi berharap, bukan hanya Simfoni Tarling saja yang mampu mendobrak, tapi ada persembahan seni tradisi Cirebon lainnya di tahun depan. \"Kalau dikasih kesempatan, inginnya setiap tahun mempersembahkan kesenian tradisi yang dikemas secara modern, minimalnya anak muda tau dulu,\" pungkasnya. (mik)

Tags :
Kategori :

Terkait