Gubrak!! Pengendara Sepeda Motor Jatuh di Jembatan Modular

Kamis 20-04-2017,17:35 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

CIREBON - Kondisi landasan jembatan modular yang berada di Desa Beringin, Kecamatan Pangenan, begitu memprihatinkan. Pasangan bambu dengan kemiringan 45 derajat serta panjang landasan sekitar 8 meter tersebut, terlihat rapuh dan membahayakan pengguna kendaraan yang melintas. Parahnya, kondisi tersebut berlangsung lebih dari tiga bulan lamanya. Masyarakat sekitar yang hendak menyeberang, harus bertaruh nyawa ketika naik ataupun turun dari jembatan. Tidak jarang pengguna kendaraan yang akhirnya jatuh saat mencoba menaiki landasan tersebut. Pasalnya, para pengguna kendaraan harus memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi agar bisa naik ke atas landasan. “Kalau pelan ya kendaraan gak bisa naik, pasti mundur lagi. Kalau pakai transmisi persneling ya minimal gigi satu, kalau matik ya harus kenceng,” ujar Tumidi (55) warga Desa Beringin yang ditemui Radar di sekitar jembatan modular, Rabu (19/4). Mereka yang jatuh rata-rata tidak hafal dengan kondisi landasan. Tidak hanya jatuh, para pengguna jalan pun rata-rata mengalami luka-luka. Seperti kejadian yang terekam kamera wartawan, Rabu (19/4) siang. Saat itu, dua orang warga Desa Japura Bakti yang menaiki sepeda motor RX King BG 5704 MA, tiba-tiba terguling saat berada di tengah-tengah landasan. Sepeda motor tersebut tidak bisa mulus menaiki jembatan setelah pengendara motor tersebut gagal memperkirakan kecepatan. Selain itu, kondisi landasan yang rapuh dan licin membuat ban sepeda motor selip dan pengendaranya terjatuh. “Kaki saya kena knalpot, melepuh nih,” ujar Udin (40) sambil meringis menahan sakit. Udin pun berharap agar pemerintah secepatnya membuat landasan jembatan tersebut karena merupakan salah satu akses penting penghubung beberapa desa yang berada di Kecamatan Pangenan, Astanajapura dan Lemahabang. “Ini kaya gak niat, jembatannya sudah jadi tapi gak dibuat-buat landasannya, mau nunggu berapa lagi yang jatuh,” sambung Udin. Warga lainnya, Kusi (44) yang hendak menjemput anaknya yang sekolah di salah satu lokasi yang berada di seberang jembatan, tidak berani menyeberang. Pasalnya, ia pernah terjatuh dari landasan jembatan tersebut. “Saya kalau nunggu anak pulang sekolah gak berani lewat landasan itu. Saya nunggu di sini, nanti anak saya yang jalan ke sini. Gak berani naiknya, soalnya pernah jatuh,” tutur Kusi. Jembatan modular tersebut dibangun setelah jembatan yang sebelumnya dibongkar karena sudah tidak layak, jembatan tersebut adalah pilot project dan pertama se-Indonesia dengan biaya pembuatan lebih dari Rp2,5 miliar. Sayangnya pembuatan jembatan tersebut tidak dibarengi dengan pembuatan landasan, sehingga warga sekitar terpaksa menyusun sendiri pasangan dari kayu dan bambu untuk akses darurat warga sekitar. (dri)  

Tags :
Kategori :

Terkait