Lagi, Bom Teror London, Polri Waspada

Senin 05-06-2017,10:35 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

AKSI Aksi teror yang kembali terjadi di London, Inggris, membuat Polri semakin waspada. Apalagi aksi itu berdekatan dengan teror bom Terminal Kampung Melayu Jakarta. Asumsi bahwa aksi teror di luar negeri bisa menginspirasi kelompok teror di Indonesia tentu harus dicegah. Kadivhumas Polri Irjen Setyo Wasisto menuturkan, semua ini kian menegaskan bahwa terorisme merupakan ancaman nyata yang mengglobal. “Maka, setiap aksi teror di luar negeri menjadi pantauan Polri,\" ujarnya. Karena itu, Densus 88 Anti Teror dan semua Kepala Satuan Wilayah (Kasatwil) dari Polda, Polres hingga Polsek diharapkan meningkatkan kewaspadaan dengan melakukan pengamanan. Pengamanan ini harus berupaya menanggulangi secara dini setiap aksi teror yang mungkin mengancam. “Upaya pencegahan diperkuat,” paparnya. Apalagi masih ada sejumlah pihak dari kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang diduga terlibat bom Terminal Kampung Melayu dalam pengejaran. Densus 88 Anti Teror masih berupaya melakukan sejumlah langkah. “Kami perlu berbagai bukti dan keterangan untuk bisa melakukan penindakan pada mereka,” jelasnya dihubungi Jawa Pos (Radar Cirebon Group) kemarin. Apakah JAD masih mampu melakukan aksi teror? Setyo mengaku perlu melakukan analisis mendalam untuk mengetahuinya. “Yang pasti, kami berharap tidak ada lagi aksi teror di Indonesia, atau setidaknya bisa dicegah sebelum terjadi,” paparnya. Penanganan terorisme di Indonesia dinilai perlu untuk dikembangkan. Direktur Komunikasi dan Informasi Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan Hari Purwanto mencoba untuk menunjukkan kelemahan penanganan teror yang dilakukan selama ini. Menurutnya, semua telah memahami bahwa terorisme itu ancaman global. “Dampak dari situasi konflik Timur Tengah,” jelasnya. Maka, perlu penanganan yang lebih global dari Indonesia. Selama sumber dari terorisme itu tak selesai, maka selama itu pula sangat memungkinkan muncul kelompok teror yang memicu aksi teror di Indonesia. “Mau tidak mau, penanganan yang dilakukan Indonesia harus melibatkan kerjasama internasional,” ujarnya. Di sisi lain, penanganan kelompok yang potensial direkrut teroris juga sangat penting. Seperti mantan napi aksi teror, keluarga mantan pelaku, dan sebagainya. Terutama untuk mencegah mereka kembali pada kelompok teror. “Saya berulangkali ngobrol dengan pelaku teror, mereka ingin kembali ke masyarakat tapi tidak diterima. Padahal mereka butuh kerja untuk menghidupi keluarga. Siapa yang lalu menerima mereka? Ya, kelompok teror yang masih aktif. Baliklah mereka lingkungan itu,” paparnya. Padahal, sudah berulang kali ditemukan adanya napi kasus teror kembali menjadi pelaku. Karena itu, kini saatnya semua bersumbangsih untuk mencegah tumbuhnya terorisme. “Kalau mereka dibantu kembali ke masyarakat, diberikan pekerjaan, pasti berubah. Ulama ikut mengawal dan memberikan pandangan agama yang baik. Maka sangat mungkin terorisme ditekan ke titik terendah,” ujarnya. (idr/JPG)

Tags :
Kategori :

Terkait