Warga Berebut Pegang Jubah Sultan

Sabtu 27-10-2012,11:08 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

GUNUNGJATI- Acara tradisi Grebeg Agung Hari Raya Idul Adha di Astana Gunungjati, Jumat (26/10), berlangsung semarak. Ratusan pengunjung yang memadati kompleks pemakaman keluarga keraton dan makam Sunan Gunungjati berebut memegang jubah emas yang dikenakan sultan, sekaligus ingin bersalaman dengan Sultan Kanoman ke XII, Sultan Raja Muhammad Emirudin. Sultan yang diiringi puluhan sesepuh dan famili keraton, sejak pagi hari sudah tiba di kompleks Astana Gunung Sembung. Dengan disambut barisan penjaga makam, sultan dikawal menuju tempat peristirahatan untuk mengenakan jubah kebesaran keraton berwarna kuning emas. Dengan menggunakan jubah kebesaran tersebut, sultan kemudian berangkat menuju Masjid Keramat Sunan Gunungjati untuk melaksanakan Salat Id. Dalam kegiatan salat itu tersebut, seorang ulama sepuh setempat menyampaikan khotbah yang seluruhnya berbahasa Arab. Usai salat,  barulah rombongan keraton keluar menuju halaman masjid untuk melakukan sungkem bersama kerabat dan jamaah lainnya. Saat sultan keluar dari masjid, kericuhan terjadi. Warga berjubel menunggu di pintu keluar. Mereka saling berebut dan dorong untuk dapat bersalaman dan berusaha mengiringi sultan sembari menyentuh jubah kuning emas  pakaian kebesaran peninggalan raja yang digunakan sultan. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, dengan menyentuh jubah kebesaran tersebut akan memperoleh berkah. Kericuhan tidak berlangsung lama setelah para pengawal sultan berhasil memasuki gerbang makan Sunan Gunungjati untuk berziarah. Sementara masyarakat yang tidak diperbolehkan masuk hanya menunggu di depan gerbang makam. Ratusan masyarakat berjubel melemparkan uang recehan ke depan pintu pasujudan. Sambil melempar uang, mereka memungut racikan kembang setaman (tujuh rupa, red) yang telah ditaburkan saat sultan tiba.  Racikan kembang setaman ini diyakini dapat memuluskan doa yang mereka panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Agung. Pintu gerbang makam Sunan Gunungjati ini hanya dibuka pada hari tertentu atas izin sultan Kanoman dan tidak sembarang orang dapat masuk ke dalamnya. Tradisi grebeg agung ini diakhiri dengan makan bersama dibangsal langgar alit . “Tradisi Grebeg Agung ini setiap tahun kami lakukan pada Idul Adha, bertujuan untuk menghormati tradisi nenek moyang dan leluhur Keraton Kanoman. Kami datang ke sini untuk berziarah dan melaksanakan Salat Id bersama keluarga besar keraton dan warga. Selain itu pula sebagai bentuk kedekatan Sultan Kanoman dengan rakyatnya,” ujar Ratu Raja Arimbi Nurtina, salah satu keluarga Keraton Kanoman Cirebon. (rdh)  

Tags :
Kategori :

Terkait