HARJAMUKTI– Pekerja proyek Pasar Perumnas ‘ngambek’ setelah kontraktor pelaksana proyek melakukan penambahan pekerja yang dibayar dengan sistem borongan. Pantauan Radar di lokasi proyek, para pekerja yang dibayar harian langsung meninggalkan lokasi proyek dan melakukan aksi mogok kerja.
Meskipun hal itu menjadi urusan kontraktor, namun pedagang berharap agar CV Trijaya Teknik, terus menambah jumlah pekerja. “Memang, hasil dari tukang borongan lebih cepat. Akan lebih cepat jika ditambah lagi tukangnya. Tukang harian baru datang dan kerja pukul 08.00 WIB. Sementara tukang borongan pukul 06.00 sudah bekerja,” ujar Ketua Ikatan Pedagang Pasar (IPP) Perumnas, Muhamad Hasir, kepada Radar, Selasa (30/10).
Hasir berharap, masalah internal kontraktor dengan tenaga kerjanya, tidak berpengaruh terhadap proses pembangunan. Sebab, pedagang sudah cukup dirugikan dengan terlambatnya penyelesaian renovasi Pasar Perumnas.
Terpisah, Kepala Seksi Tata Bangunan Bidang Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Energi dan Sumber Daya Mineral (DPUPESDM), Tata Suparman menyatakan, pihaknya sudah mendorong kontraktor untuk menambah jumlah pekerja. Hasilnya, pemborong menyetujui dan menambah sepuluh pekerja dengan sistem borongan. Sepuluh pekerja baru itu akan dibagi dalam beberapa pekerjaan. Ada yang bagian memasang keramik, bagian memasang listrik, dan bagian memasang petian. “Bahkan, pekerja borongan itu akan bekerja lembur agar target 18 November bisa terpenuhi,” tuturnya.
Tata mengaku, dirinya sudah mengetahui aksi walkout yang dilakukan pekerja harian. Atas kejadian itu, jumlah pekerja yang diharapkan bisa mencapai 20 orang, ternyata tidak bisa terpenuhi. Atas dasar mempercepat pembangunan, Tata akan kembali memerintahkan kontraktor untuk menambah pekerja dengan sistem borongan. “Akan ditambah tukang baru dengan job masing-masing. Biar pekerjaan semakin cepat dan rapi,” terangnya, kepada Radar.
Ketua Koordinator DPH Yabpeknas Kota Cirebon, Sigit Gunawan SH MKn, berharap agar pemkot dan kontraktor tidak sekadar membuat janji. Saat ini, pedagang hanya memerlukan realisasi percepatan pembangunan. Sebab, keterlambatan pengerjaan pembangunan Pasar Perumnas, sudah cukup membuat pedagang menderita. (ysf)