Bangunan Komersil Tumbuh 10 Persen

Rabu 31-10-2012,08:32 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

Didominasi Investor dari Luar Cirebon CIREBON - Bangunan komersil di Cirebon terus tumbuh seiring gaya hidup masyarakat saat ini. Untuk jangka panjang, bangunan komersil diprediksi masih akan terus meningkat. Terutama ruko dan pertokoan. Seperti yang terjadi pada kawasan Cirebon Super Block (CSB). Selain mal, di CSB juga mengakomodasi ruko bagi perusahaan maupun perorangan. Ketua Real Estate Indonesia (REI) Wilayah Cirebon, Ir Suryawijaya menerangkan, berkembangnya bangunan komersil perlu didukung kebijakan pemerintah daerah terkait perizinan. Selain pengusaha, pemerintah juga turut andil sebagai pemilik kebijakan. Ditambahkan Suryawijaya, angka pertumbuhan bangunan ruko baru mencapai di atas lima hingga sepuluh persen per tahun. Peminatnya didominasi pendatang luar Cirebon hingga mencapai 70 persen. “Sebagian besar peminat ruko untuk pengembangan cabang perusahaan,” terangnya pada Radar, kemarin. Dilihat dari jumlah penduduk, bisnis ruko punya daya tarik. Lokasi ruko tidak berada terpusat di satu wilayah, tetapi merata antara kota dan kabupaten. “Peluang bisnis terbilang tinggi karena sebagian besar developer masih melirik properti (hunian, red) dibanding ruko atau pertokoan. Apalagi Cirebon merupakan salah satu kota tua yang banyak memiliki bangunan prospektif untuk bisa di-upgrade baik oleh developer atau perorangan,” jelasnya. Setidaknya, kata dia, prediksi pertumbuhan bangunan komersil akan ditopang melalui rencana atau pembangunan yang akan berlangsung. Sebut saja proses pembangunan Grage Mall 2 dan Cirebon Town Square (Cietos) tahun 2013. “Peluang bisnis properti sangat menjanjikan, baik hunian atau bangunan komersil. Artinya, kebutuhan masyarakat masih tinggi dari berbagai kalangan,” ungkapnya. Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Bidang Ekonomi Moneter, Bambang Mukti Riyadi menambahkan, perkembangan bangunan komersil dianggap sebagai pergerakan ekonomi di Wilayah III Cirebon. Ini bisa menjadi tolok ukur tingginya daya beli masyarakat untuk menyerap peningkatan pendapatan. Menurut dia, tiap pembangunan, khususnya investasi, sebagian besar melibatkan perbankan. Kenaikan per tahun rata-rata 20 persen. Begitupun tahun 2012, diprediksi pertumbuhan kredit mencapai 20 persen. “Di sisi lain harus ada antisipasi pola konsumtif masyarakat sebagai dampaknya,” terangnya. (tta)

Tags :
Kategori :

Terkait