Warga Ngeluh Debu Batu Bara Muncul Lagi, RW 1 Paling Terdampak

Selasa 15-08-2017,10:35 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

CIREBON - Aktivitas bongkar muat batubara pernah ditutup sementara. Namun, sejak dibukanya kembali aktivitas bongkar muat, warga kembali resah. Debu yang menempel dan kondisi lingkungan yang berpolusi, terlebih saat musim angin kencang. Seperti yang diakui Ahmad Ali (45), warga RW 1 Pesisir Selatan, Kelurahan Panjunan. Ali mengaku tak keberatan ada bongkar muat batubara, namun ia menyesalkan permasalahan debu yang tak kunjung selesai. \"Sebenarnya kami nggak masalah mau tetap ada aktivitas bongkar muat batubara, nggak keberatan. Asalkan penanggulangan debu dimaksimalkan,\" ujar Ali, kepada Radar, Senin (14/8). Udara yang panas dan debu hitam menemani keseharian warga. Terlebih, saat musim angin kumbang, debu batu bara berterbangan di mana-mana. \"Kadang pada nempel di atap, pada nempel di kipas angin,\" ceritanya. Tak hanya saat musim angin saja, saat musim hujan pun debu batu bara yang hanyut bersama air hujan mencemari lingkungan. “Airnya kan jadi hitam, kotor,” tambahnya. Ali menyadari, bongkar muat batu bara banyak menimbulkan efek negatif dibandingkan efek positifnya. Langkah yang dilakukan Pelindo dan KSOP hingga para pengusaha untuk meminimalisasi debu batubara pun dinilai Ali tak bakal berhasil. Bahkan, dia meminta para pejabat termasuk PT Pelindo II dan pengusaha untuk tinggal dibalik tembok pelabuhan. Dia berani bertaruh, jaring yang saat ini terpasang di sekeliling pelabuhan tak mampu menahan debu batubara. “Secanggih apapun teknologi yang dipakai pengusaha, ya debunya pasti tetap terbang keluar. Apalagi cuma jaring gitu,” tandasnya. Sunarti (43) warga RW 1 Pesisir Selatan pun mengaku sudah merasakan betul dampak dari polusi udara akibat debu batu bara. “Kami hanya ingin hidup sehat, menghirup udara segar, tanpa debu batubara lagi,\" harapnya. (mik)

Tags :
Kategori :

Terkait