Terkait Kaburnya Tahanan Teroris
JAKARTA - Pengejaran terhadap Roki Aprisdianto masih nihil. Terpidana enam tahun penjara per Desember 2011 bak lenyap ditelan bumi setelah berhasil kabur dari rutan Polda Metro Jaya. Jejaknya di komunitas-komunitas yang sering disebut sebagai simpatisan juga tak ditemukan.
\"Pengejaran masih berlangsung. Kami targetkan sepekan ini bisa tertangkap,\" ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigjen Boy Rafli Amar kemarin.
Roki kabur Selasa (6/11) lalu. Sketsa dan foto Roki sudah disebar di polsek-polsek sekitar Jakarta. \"Ya, kita harapkan belum jauh. Gerak buronan seperti ini kan terbatas,\" katanya.
Saat ini tim internal dari Divisi Propam Polri memeriksa empat orang anggota Densus 88 Polri yang pada jam besuk itu ditugaskan menjaga di lantai empat rutan narkoba Polda Metro Jaya. \"Memang seharusnya empat orang, tapi tiga orang sakit, jadi hanya satu petugas dari Densus,\" ujar Boy.
Apakah akan ada larangan membesuk tahanan kasus terorisme? Boy menjelaskan, hak terpidana salah satunya adalah menerima kunjungan kerabat atau relasi. \"Kami tak bisa membatasi. Ini hak mereka, hanya secara internal kami perbaiki penjagaannya,\" katanya. Roki alias Atok adalah komandan tim Ightiyalat (pembunuh senyap) yang beranggotakan 11 pemuda berusia di bawah 20 tahun. Mereka belajar merakit bom dari Soghir, eks narapidana kasus bom Kedubes Australia (2004). Pada Desember 2010, kelompok ini meletakkan bom di pos polisi lalu lintas Delanggu, Goa Maria, dan beberapa gereja di kawasan Klaten. Namun, bom-bom itu tak menimbulkan korban jiwa.
Sementara itu, Densus 88 berhasil menangkap dua orang terduga teroris di Nunukan, Kalimantan Timur, Kamis (8/11) lalu. Dua orang ini diduga terkait kasus peledakan Hotel Marriot Jakarta pada 2003.
Informasi yang dihimpun koran ini, dua orang itu berinisial U dan R. U untuk Upik dan R untuk Robi. \"Cirinya mirip Upik Lawanga,\" kata sumber Jawa Pos (Radar Cirebon Group).
Jika benar Upik Lawanga, ini adalah tangkapan besar bagi Densus 88. Sebab, Upik ini adalah murid langsung Dr Azahari. Upik menjadi DPO sejak 2006 karena kasus bom di pasar Tentena.
Secara terpisah, peneliti Indonesian Crime Analyst Forum Mustofa Nahrawardaya menilai kaburnya teroris Roki dari rutan narkoba Polda Metro Jaya sangat janggal. \"Ada sangat banyak kebetulan pada saat dia lolos,\" kata Mustofa kemarin.
Misalnya, tiga Densus yang seharusnya menjaga sakit. Lalu, secara kebetulan pula ada 23 orang bercadar yang besuk tahanan bersama-sama. \"Di sana ada cctv. Logikanya, bagaimana Roki bisa sempat berganti pakaian dengan cadar?\" ujarnya.
Jika memang benar Roki kabur secara murni, hal itu membuktikan penjagaan sangat longgar. \"Narapidana teroris Ali Imron yang ditahan di sana bisa membuat buku dari penjara, difasilitasi laptop. Jadi, Densus harus benar-benar jujur dalam kasus ini,\" katanya. (rdl/ca)