Kemarau Ancam Stok Beras di Cirebon

Sabtu 09-09-2017,17:15 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

CIREBON-Musim kemarau dan dampaknya tidak boleh diremehkan Pemkab Cirebon. Sebab, dampak kemarau saat ini mengancam pengadaan stok beras. Bahkan dalam beberapa bulan ke depan, stok beras di Kabupaten Cirebon menipi. Sedangkan kebutuhan beras tinggi dibandingkan jumlah stok pengadaan beras. Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Cirebon, Muhidin mengakui, mulai perlahan stok pengadaan beras mulai menipis, tidak sebanding dengan jumlah kebutuhan beras. “Meski bulan Juni mulai musim tanam dan September panen, tetap saja, karena kekeringan, stok pengadaan beras menipis,” ujarnya. Muhidin mengungkapkan, mulai dari bulan September hingga Desember, stok pengadaan beras menyusut secara bertahap. Pihaknya punya data dan prediksi. Bahwa, pada Agustus, ketersediaan produksi beras masih 58.550 ton. Nah, sekarang bulan September mulai berkurang, yakni menjadi 24.008 ton. Sedangkan konsumsi beras sekitar 22.702 ton. Tapi ini masih bisa tercukupi. Tetapi di bulan Oktober, stok beras menjadi 15.881 ton, sedangkan konsumsi 22.440 ton. “Berarti kekurangan. Nanti di November bertambah parah lagi stok beras menjadi 5.964 ton, sedangkan konsumsi beras 22.440 ton. Begitu juga Desember akan semakin parah lagi,” ujarnya. Muhidin mengatakan, kondisi tersebut terjadi karena lahan tanam pertanian hanya 100 hektare dari luas total 27 ribu hektare. Data tersebut, kata dia, dibuat sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan. “Karena, luas sawah di Kabupaten Cirebon sekitar 27 ribu hektare. Namun musim tanam dan yang akan dipanen September ini, lahan yang digunakan untuk menanam hanya 100 hektare saja. Dan lahan yang akan dipanen hanya 50 hektare. Sehingga, sangat memengaruhi produksi beras. Sedangkan jumlah konsumsikan nggak mungkin berkurang, malah yang ada bertambah,” jelasnya. Muhidin mengungkapkan, sedikitnya lahan yang dilakukan penanaman karena petani sulit mendapatkan pasokan air. Bahkan banyak juga lahan pertanian yang mengalami kekeringan. “Yang pertama itu, faktornya karena kekeringan. Meski bukan sawah tadah hujan, namun kenyataannya banyak lahan pertanian yang mengalami kekeringan. Sehingga, karena dikhawatirkan rugi, maka petani memilih untuk tidak melakukan penanaman,” ujarnya. Terlebih lagi, menurut Muhidin, pasokan air dari Waduk Jatigede belum bisa dioptimalkan pada tahun 2017. “Nah, lahan pertanian ini mau diairi air dari mana? Sedangkan pasokan air dari Jatigede saja belum bisa karena saluran-salurannya masih dalam tahap optimalisasi. Sehingga sangat sulit untuk mendapatkan pasokan air,” tuturnya. Masalah yang kedua, yaitu virus hama kerdil hampa. “Biasanya satu hektare bisa panen sekitar 5-6 ton. Tapi karena virus kerdil hampa, maka satu hektare hanya 5 kwintal saja. Ini sangat sedikit sekali,” ujarnya. Pihaknya terus melakukan pemantauan di berbagai daerah terkait dampak kekeringan yang bisa berpotensi pada pasokan pangan. Karena selama ini, menurut Muhidin ketersediaan stok beras di Kabupaten Cirebon memang berasal dari pertanian sendiri. Pihaknya siap mengeluarkan stok cadangan pangan beras jika memang didapati krisis beras sudah terjadi di berbagai wilayah Kabupaten Cirebon. “Stok cadangan bisa dikeluarkan dengan mengajukan kepada Pak Bupati. Lalu Pak Bupati mengeluarkan surat untuk mendistribusikan stok cadangan pangan jika memang sudah terjadi krisis beras,” ujarnya. (den)  

Tags :
Kategori :

Terkait