INDRAMAYU - Jembatan Tajim yang menghubungkan Desa Bangkaloa Ilir dan Desa Widasari, Kecamatan Widasari, Kabupaten Indramayu, kondisinya memprihatinkan. Berdiri sejak tahun 2003, papan pijakan jembatan sudah lapuk. Warga setempat pun terpaksa melakukan tambal sulam agar jembatan tetap bisa berfungsi sebagai sarana penyeberangan warga. Salah satu warga, Aam (41) mengatakan, kondisi pijakan jembatan yang rapuh membuat warga harus ekstra hati-hati. Karena tidak menutup kemungkinan, sewaktu-waktu pijakan jembatan tidak kuat menahan beban. “Saat lewat kami selalu waswas,” tutur Aam. Diakuinya, karena termakan usia, paku-paku kayu pijakan sudah tidak lengkap lagi. Tidak sedikit paku yang lepas, sehingga akhirnya membuat pijakan goyang. Belum lagi, karena sudah berusia hampir 14 tahun, pijakan kayu rawan amblas. “Padahal ini jadi jalur alternatif kami sebagai petani untuk mengolah lahan,” tuturnya. Jembatan Tajim, diakuinya memiliki peran yang cukup vital bagi masyarakat. Baik warga Desa Widasari ataupun Bangkaloa Ilir memilih untuk jembatan itu sebagai jalur alternatif. “Karena jadi mempersingkat waktu, jaraknya juga jadi lebih dekat kalau mau ke desa tetangga,” tuturnya. Senada, warga lainnya, Rasdi (53) berharap instansi terkait memberikan perhatian pada Jembatan Tajim. Jika dilihat, pondasi jembatan sebenarnya masih cukup kuat. Hanya saja, pijakan-pijakan jembatan kondisinya sangat memprihatinkan. “Sebagai warga, kami jangat berharap jembatan ini dipermanenkan. Baik pegangan ataupun pijakannya,” tuturnya. Apalagi, Jembatan Tajim menjadi sarana infrastruktur yang sangat menunjang kegiatan pertanian di Kecamatan Widasari. Tidak sedikit petani yang memanfaatkan jembatan itu sebagai akses untuk mengolah lahan pertanian. “Sementara saat ini pengaman samping dari besi dan kondisinya sudah berkarat. Pijakan kayu juga sudah mengkhawatirkan. Semoga saja ada perbaikan,” tuturnya. (oni)
Kategori :