TPA Ciledug Terbakar, Asapnya Ganggu Warga Jawa Tengah

Sabtu 23-09-2017,02:07 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

CIREBON - Asap pekat terus mengepul dari gunungan sampah di sepanjang TPA Ciledug di Desa Bojong Negara, Kecamatan Ciledug, Kamis (21/9). Dua hari terakhir, asap dari TPA yang berada persis di sisi Jawa Barat Sungai Cisanggarung tersebut, semakin pekat. Pasalnya, hampir seluruh gunungan sampah di TPA yang ditimbun bertahun-tahun tersebut, terbakar. Penyebabnya masih misterius. Beberapa warga menyebut sumber api berasal dari petani yang membakar lahan tebu di samping TPA. Ada lagi yang menyebut jika sampah-sampah tersebut sengaja dibakar oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Akibat terbakarnya gunungan sampah tersebut, Asap tebal menyelimuti jalanan di sekitar dan membuat jarak pandang semakin terbatas. Bahkan, jika angin bertiup ke arah selatan, maka desa-desa yang berada di Losari Brebes, seperti Bojongsari, Wanasaba dan Karangsari menjadi wilayah yang terdampak langsung oleh asap dari terbakarnya TPA Ciledug. “Sebenarnya sih kalau terganggu sudah sejak lama. Sejak TPA itu berdiri kita sudah keberataan. Kalau kemarau kebagian asap pembakaran sampah, tetapi kalau musim hujan kebagian bau busuknya saja,” ujar Endo warga Bojongsari, Losari, Brebes , kemarin. Dikatakan Endo, asap yang keluar kali ini memang lebih parah ketimbang asap yang dihasilkan pada musim kemarau sebelum-sebelumnya. Sekarang menurutnya, volume sampah yang terbakar hampir seluruhnya dari mulai gunungan yang usianya bertahun-tahun, sampai sampah yang baru datang yang diletakan di bagian belakang TPA. “Kalau angin besar, terus anginnya ke arah selatan, wilayah kita pasti kena. Karena jaraknya paling dekat, hanya dipisahkan sungai saja. Selain itu, banyak penambang pasir tradisional yang tidak bisa bekerja akibat kesulitan bernafas dan jarak pandang tertutup asap,” imbuhnya. Ditambahkannya, tidak sedikit warga yang terkena dampak, baik secara langsung dan tidak langsung, dari mulai menderita batuk-batuk hingga demam dan penyakit-penyakit lainnya. “Kalau yang paling terasa itu sesak nafas. Karena kalau lagi angin ke sini, buat nafas saja susah. Ada juga yang batuk dan bahkan sampai demam,” tambahnya. Sementara itu, salah satu pemulung di sekitar TPA, Sanita (40) warga Palimanan yang ditemui Radar mengatakan, gunungan sampah-sampah yang terbakar dan mengeluarkan asap tersebut paling parah berada di bagian depan, sementara yang di bagian belakang masih aman dan bisa untuk bekerja. “Ya sudah dua hari ini, asapnya tebal sekali. Yang di depan itu seluruhnya terbakar. Kalau penyebebnya kurang jelas. Bisa dari petani tebu yang bakar lahan, bisa juga dari pemulung yang bakar sampah. Soalnya kalau malam kita jarang di sini,” bebernya. Kondisi yang terjadi saat ini, lanjutnya, berimbas pada menurunnya pendapatan para pemulung, karena tidak bisa maksimal dalam bekerja. Menurutnya, saat ini paling banter ia mendapatkan Rp120 ribu untuk penjualan dua hari barang bekas yang ia kumpulkan. “Mau kerja juga sulit, asapnya banyak sekali. Otomatis pendapatan juga turun karena banyak barang bekas yang terbakar,” paparnya. (dri)        

Tags :
Kategori :

Terkait