TPAS Ciledug Terburuk Se-Indonesia, Walhi Minta Pemkab Cirebon Serius Tangani Sampah

Jumat 06-10-2017,07:07 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

CIREBON - Asap pekat dan bau busuk menyengat hidung langsung menyergap rombongan tim Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Barat yang datang melihat kondisi TPAS Ciledug, Kabupaten Cirebon, Selasa (4/10) kemarin. Saat tim Walhi tiba, sekitar puku l14.30 WIB, angin sedang kencang-kencangnya bertiup. Sehingga membuat siapa pun yang berada di sekitar TPAS Ciledug akan sesak napas dan tidak leluasa melihat karena jarak pandang yang terbatas. “Jujur kita kaget, kita gak nyangka kalau ada TPA seperti ini. Keterlaluan ini, gak bisa dibiarkan,” ujar Deputi Walhi Jabar, Dwi Retanstuti ST saat ditemui Radar dilokasi. Bahkan Dwi pun menyebut TPAS Ciledug sebagai lokasi TPAS terburuk yang pernah dilihatnya selama berkeliling Indonesia. “Bahkan yang di Kalimantan saja pengelolaannya lebih baik dan jauh lebih bagus dari ini. Di sana sudah ada rumah komposnya, ini sih open dumping, samaph tidak dikelola dan hanya ditumpuk,” imbuhnya. Sistem open dumping, menurut perempuan yang akrab disapa Rena tersebut, sudah tidak boleh lagi dilakukan setelah UU No 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah sudah disahkan dan diundangkan. “Pertama setelah melihat langsung saya prihatin, saya akan kirim surat ke Pemkab Cirebon dan minta dengan sangat untuk persoalan sampah ini agar ditangani lebih serius, DLH harus membuat master plan pengelolaan sampah di Kabupaten Cirebon. Melihat kondisi seperti ini saya yakin mereka tidak punya perencanaan yang baik. Apalagi kita juga banyak temukan pelanggaran, dari mulai keberadaan lokasi yang berada persis disamping sungai sampai dengan tidak adanya pengelolaan sehingga sampah hanya ditumpuk saja,” bebernya. Bahkan dia melihat langsung, sampah-sampah yang baru datang dan diturunkan dari truk-truk pengangkut didorong ke arah sampah yang terbakar. Sehingga menyebabkan api yang membakar TPA tersebut tak kunjung mati lebih dari tiga minggu. “Ada truk sampah yang datang, sampahnya langsung didorong ke arah sampah yang terbakar. Ini kan tidak boleh. Bagaimana api mau padam, sampahnya ditambah terus ke sumber apinya. Kasihan masyarakat sekitar, pasti tersiksa betul, tidak ada penimbangan, tidak da penghitungan jumlah sampah yang masuk juga,” ungkapnya. Sementarai itu, aktivis Cirebon Timur, Dedi Majmu mengatakan, total luas area lahan TPA yang saat ini digunakan adalah kurang dari dua hektare. TPA tersebut sudah mengeluarkan asap pekat karena terbakarnya sampah-sampah kurang lebih suda hampir tiga minggu. “Ini yang harus segera dicari jalan keluarnya,” katanya. Dia menjelaskan, masalah lebih berat akan muncul jika musim hujan datang. Saat debit sungai Cisanggarung naik, sampah-sampah bisa terbawa arus dan membuat salah satu sumber air baku untuk PDAM menjadi tercemar. (dri)

Tags :
Kategori :

Terkait