Pedagang Pesimis Pembangunan Rampung Pekan Ini

Kamis 22-11-2012,09:35 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

CIREBON - Batas waktu tambahan (adendum) yang diajukan kontraktor pembangunan pasar Perumnas sudah selesai. Tanggal 18 November merupakan batas terakhir. Setelah itu kontraktor menjalani masa sanksi denda yang besarnya Rp1,8 juta/hari. Pedagang sendiri pesimis pembangunan akan selesai minggu ini. Seperti yang dijanjikan kontraktor. Yudi (45), pedagang sembako pemilik kios B utara nomor 3 dan 4 pasar Perumnas, merasa tidak yakin jika pembangunan akan selesai pada minggu ini. “Tidak mungkin selesai minggu ini. Lihat saja, pembangunan masih jauh dari kata selesai,” ujarnya kepada Radar di lokasi pembangunan pasar Perumnas, Rabu (21/11). Menurutnya, pekerja hanya sejumlah 17 orang. Idealnya, pekerjaan harus dilakukan di atas 25 orang agar bisa cepat selesai. Jika sampai minggu depan belum selesai dan hujan mulai sering turun, Yudi memastikan para pedagang akan mengalami kerugian. “Kami pasti akan rugi. Dagangan kami bonyok (rusak parah) karena air hujan yang tembus di tenda-tenda darurat,” ucapnya kesal. Sebab, jika hujan deras melanda, air hujan akan meggenang karena sirkulasi air tidak lancar. Yudi menjelaskan, dulu sebelum ada petian di tenda darurat, air hujan tidak lancar mengalir. “Apalagi sekarang, jalannya air tertutup tenda darurat dan sejenisnya. Pasti akan lebih banjir lagi,” tukasnya. Karena itu, Yudi dan pedagang lainnya hanya bisa menunggu, melihat dan berharap pembangunan dapat segera selesai. “Habis mau bagaimana, mau garap sendiri tidak mungkin, karena terkendala dana,” ungkapnya. Jika petian yang di jalan sudah mulai masuk ke dalam areal pembangunan pasar Perumnas saat ini, barulah Yudi akan membangun kiosnya sendiri dengan uang sendiri. “Saya sudah keluar Rp1 juta lebih untuk membangun plafon. Kontraktor harus bergerak cepat,” pintanya. Sementara, Mamat (50), pedagang hasil bumi mengharapkan segera pindah ke tempat baru yang saat ini belum rampung. Mamat tidak ingin berbicara tentang kontraktor, sebab sudah capek pedagang meminta pembangunan cepat selesai. Karena itu, dia berinisiatif mengerjakan penyelesaian petiannya sendiri. Dengan biaya sendiri. “Kalau masing-masing dikerjakan sendiri, pembangunan bisa lebih cepat selesai. Kalau nunggu pemborong bakal lama,” cetusnya. Sudah tiga tahun lebih Mamat dan kawan-kawannya berada di tenda dan kios darurat. Karena itu, menjelang musim hujan ini, dia menggarap petiannya sendiri tanpa bantuan orang lain. “Kalau ada yang mulai pindah, semua akan pindah juga,” terangnya. Ketua IPP Pasar Perumnas, Muhamad Hasir menegaskan, tidak mungkin pembangunan pasar Perumnas akan selesai minggu ini. Hasir berharap, kontraktornya segera diganti. Namun berdasarkan penjelasan dari DPUPESDM dan informasi yang dihimpunnya, dalam dokumen kontrak tidak boleh mengganti kontraktor, apa pun yang terjadi. “Katanya tidak bisa diganti. Terlebih, pekerjaannya tinggal sedikit,” ujarnya. Pria yang akrab disapa Uus ini memprediksi, sampai akhir bulan November ini belum juga akan selesai pembangunannya. “Tinggal cari orang yang banyak, material yang banyak, pasti cepat selesai,” usulnya. Kepala pekerja pembangunan pasar Perumnas, Suryani menceritakan, pihaknya sudah bekerja setiap hari. Diterangkan, Rabu (21/11), pekerja sejumlah 17 orang. “Jumlahnya sama seperti kemarin, 17 orang,” ucapnya. Diakui, pekerjaannya tidak sampai 24 jam meskipun Suryani menegaskan pekerja dibagi dalam dua sift untuk membuat petian. Suryani berharap, minggu ini bisa cepat selesai. “Kami berharapnya begitu,” ucapnya pasrah. Ancaman untuk memboikot retribusi, Direktur Utama PD Pasar Kota Cirebon, Darwin Windarsyah SE MM meminta pedagang pasar Perumnas tidak melakukannya. Terkait rencana boikot retribusi, Darwin tidak setuju. Menurutnya, pedagang jangan melampiaskan kekesalannya kepada sesuatu yang dapat menimbulkan masalah baru. Disadari, pembangunan pasar yang tidak kunjung selesai dan masuknya musim hujan, membuat pedagang khawatir dan kesal. “Kita tidak mau menyalahkan siapa pun. Namun, menboikot retribusi sangat tidak diharapkan,” ucapnya. Darwin menjelaskan, atas keterlambatan pembangunan pasar perumnas, pihaknya sudah pernah mengirimkan surat ke DPUPESDM. Dalam surat itu disebutkan teguran dan pengawasan lebih ketat yang harus dilakukan DPUPESDM kepada kontraktor. Sebab, kapasitas PD Pasar bukan pada pengerjaan bangunannya. “Kami akan menerima ketika bangunan sudah jadi,” cetusnya. Untuk itu, Darwin dan PD Pasar akan berbicara baik-baik dengan para pedagang terkait rencana boikot retribusi itu. Disadari, langkah rencana boikot retribusi hanya pelampiasan kekesalan pedagang. Dalam waktu dekat, Darwin berjanji akan melakukan langkah koordinasi. “Wajar mereka seperti itu. Takut hujan dan pedagang merasa dirugikan,” ujarnya. Darwin berharap, kontraktor dapat menyelesaikan pengerjaan sebelum 15 Desember 2012. Sebab, lewat dari tenggat waktu itu, CV Trijaya Teknik akan di-blacklist. PD Pasar mengimbau kontraktor menambah jumlah pekerja. “Biar cepat selesai. Nilai denda bisa dibuat bayar berapa pekerja,” terangnya. Bersama IPP Perumnas, PD Pasar melakukan pengawasan informal. Saat ini, pihaknya belum menerapkan retribusi secara penuh pasca kejadian kebakaran. Meskipun, ujar Darwin, dalam Perda Nomor 12 tahun 2002 tentang Retribusi menyebutkan, biaya retribusi untuk per meter sejumlah Rp700. “Kami berikan dispensasi untuk para pedagang pasar Perumnas. Tidak ada relevansinya keterlambatan pembangunan dengan rencana boikot retribusi,” tegasnya. (ysf)

Tags :
Kategori :

Terkait