Bos Adira Tewas Disambar KA

Minggu 09-12-2012,09:38 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

Mobil Terseret Hingga 1 Km, Arus Kereta Api Terganggu Sampai 2 Jam CIREBON - Kecelakaan maut antara kereta api (KA) dengan mobil kembali terjadi. Sabtu siang (8/12), sebuah mobil Grand Max bernopol D 1655 QU yang dikendarai Kepala Cabang (Kacab) Adira Kuningan, Joni Satria Pahlevi (39), disambar kereta api Bogowonto jurusan Kutoarjo-Jakarta di perlintasan kereta api Desa Gemulung. Saking kerasnya benturan, sopir terseret kereta sampai 1 km dan tewas di lokasi kejadian. Berdasarkan informasi yang dihimpun Radar, peristiwa terjadi sekitar pukul 12.50 WIB. Awal mula kejadian, ketika mobil Grand Max yang dikendarai oleh korban, datang dari arah Desa Gemulung hendak menuju Desa Buntet, Kabupaten Cirebon. Namun antara Desa Gemulung dan Desa Buntet dibatasi oleh sebuah rel perlintasan kereta api. Ketika akan melintasi rel kereta api tersebut, diduga korban yang juga warga Purwawinangun, Kabupaten Kuningan itu, tidak melihat kondisi rel yang memang tidak terdapat palang pintu perlintasannya. Pada saat bersamaan, melintas kereta api Bogowonto. Sehingga, tabrakan pun tak terelakkan lagi. Kereta api langsung menabrak mobil yang dikendarai korban. Mobil korban terseret jauh oleh kereta api Bogowonto hingga sekitar satu km. Setelah satu km, kereta api Bogowonto baru bisa berhenti. Terlihat korban sudah dalam kondisi tewas mengenaskan, dengan beberapa luka, terutama yang paling parah pada bagian kepala, yang mengakibatkan isi kepala korban keluar. Mobil korban pun mengalami kerusakan sangat parah. Peristiwa nahas itu, mengundang perhatian ratusan warga. Apalagi saat petugas gabungan dari kepolisian serta petugas KAI Daop 3 melakukan evakuasi terhadap korban dan mobilnya. Kecelakaan itu, tentu saja berdampak terganggunya jadwal keberangkatan tiga kereta yang akan melintasi rel tersebut. Evakuasi bangkai mobil dari rel kereta cukup memakan waktu. Sekitar dua setengah jam proses evakuasi dilakukan, atau sekitar pukul 15.30 WIB bangkai mobil baru bisa dipindahkan dari rel kereta api dengan menggunakan kereta pendorong untuk memisahkan mobil dari kereta api Bogowonto. Baru setelah berhasil dipisahkan, mobil tersebut dipindahkan ke pinggir rel, sehingga kereta api Bogowonto bisa berjalan kembali. Setelah itu mayat korban dibawa menggunakan kereta api Bogowonto. Kereta pun berjalan mundur untuk menyimpan mayat korban di pinggir jalan yang semula awal mobil ditabrak kereta. Setelah itu, kereta api pun kembali berjalan melanjutkan rutenya. Seorang saksi mata Encuawing (35), warga Desa Gemulung kepada Radar mengatakan, kejadian sekitar pukul 13.00. Dirinya memang tidak melihat secara pasti kejadian tersebut, namun dia mengaku mengetahui dengan adanya bunyi cukup keras. Dirinya mengira, suara tersebut berasal dari mobilnya yang diparkir di lokasi dekat rel. Setelah dicek, ternyata suara mobil yang tertabrak kereta hingga terseret satu km. “Saya nggak lihat langsung. Saya tahu awalnya dari suara keras dikira dari mobil saya. Tahunya mobil lain ditabrak kereta terus terseret,” ujar Encuawing. Sementara itu, Kapolsek Astanajapura, Kompol Achyar kepada Radar membenarkan kejadian tersebut. Pihaknya langsung membantu melakukan evakuasi dan olah TKP. Pihaknya pun membawa korban tewas menuju kamar mayat RSUD Gunung Jati. Namun, sehabis magrib pihak keluarga sudah membawa jenazah korban kembali ke rumahnya di Kuningan. “Kita sudah lakukan olah TKP. Kini kita masih dalam penyelidikan. Mayat sudah dibawa ke kamar Mayat RS GJ,” ujar Achyar. Sementara Humas PT KAI Daop 3 Cirebon, Sapto Hartoyo membenarkan bila terjadi kecelakaan antara kereta api kelas ekonomi Bogowonto dari Kutoarjo menuju Jakarta dengan sebuah mobil Daihatsu Grand Max. Kecelakaan tersebut diakui Sapto, sempat mengganggu perjalanan kereta Argolawu dan Fajar Utama ke arah Jogjakarta. \"Ya memang benar, dan untuk Argolawu dan Fajar Utama ke Jogjakarta sempat terganggu selama 2 jam, namun sekarang sudah kembali berjalan normal,\" ujarnya saat dihubungi via sambungan teleponnya, kemarin. Sapto mengatakan, perjalanan kereta api sudah kembali normal sekitar pukul 15.30 WIB. Menurutnya, kecelakaan itu murni kelalaian dari pengemudi yang tidak melihat kondisi rel kereta api. Oleh karena itu, dia mengimbau kepada masyarakat pengguna jalan untuk lebih berhati-hati, khususnya saat menghadapi rel kereta api tanpa palang pintu.   BIASA CERIA, HARI KEJADIAN KORBAN TERLIHAT KALEM   Sementara itu, mertua korban tertabrak kereta api, H Maman Supriatman (59) tak menyangka jika menantunya, Joni Satri Pahlevi SSos meninggal dunia akibat tertabrak kereta. Saat ditemui Radar di kediamannya, RT 01/01 No 7, Jalan Wijaya, Kelurahan Purwawinangun, Kecamatan/Kabupaten Kuningan, pensiunan BUMN itu menuturkan, jika sebelum kejadian korban tidak seperti biasanya. Joni yang memiliki dua putra itu, kata Maman, terlihat kalem padahal biasanya ceria. Pagi hari sebelum kejadian, lanjut pria yang akrab dipanggil Pak Haji itu, korban meminjam kunci mobil. Namun menantunya itu tidak bilang akan pergi ke mana. “Pagi itu dia kelihatan kalem, padahal biasanya ceria. Dia minjam kunci mobil, dan pergi kerja di Adira Cabang Kuningan. Memang korban menjabat sebagai kepala cabang Adira Kuningan. Seperti biasa dia berangkat kerja. Tapi sampai sore kok belum pulang ke rumah,” cerita Maman. Maman mengaku, sempat melintas ke depan kantornya Joni untuk mengecek. Namun meski sudah beberapa kali keliling, tapi dia tidak menemukan mobil yang dibawa menantunya ke kantor. “Mobilnya tidak ada di kantor. Biasanya kalau pulang dari kantor langsung ke rumah. Tapi di hari kejadian nggak pulang. Saya juga tidak tahu ke mana perginya Joni. Menjelang pukul 17.00, saya baru mendapat kabar kalau dia meninggal karena kecelakaan. Saya dan keluarga kaget, apalagi Joni tak bilang mau pergi ke mana,” tuturnya dengan suara parau. Saat kejadian, istri korban, Rani Primayanti sedang berada di Bali untuk urusan bisnis. “Tapi malam ini (tadi malam, red), Rima sudah ada di Bandung dan langsung ke Kuningan. Keluarga Joni yang berada di Bogor juga sudah diberitahu. Saya sangat terpukul dengan meninggalnya menantu saya, apalagi anaknya masih kecil. Yang besar baru kelas 1 SMP dan si bungsu duduk di bangku SD kelas II. Tapi saya menyadari ini adalah takdir,” ucapnya. (den/kmg/ags)

Tags :
Kategori :

Terkait