Susahnya Jadi Pejalan Kaki di Cirebon, Trotoar Jadi Etalase Pemilik Toko

Rabu 13-12-2017,08:02 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

CIREBON – Trotoar Jl Kanggraksan menjadi sorotan akhir-akhir ini. Dalam rubrik SMS Priben Jeh, sejumlah warga mengeluhkan kawasan yang tidak bersahabat dengan pejalan kaki itu. Salah seorang pengirim pesan singkat aduan itu menilai, para pemilik usaha dan pedagang kaki lima (PKL) mestinya ditertibkan agar pejalan kaki tetap bisa terakomodir. Pantauan Radar, aduan itu memang benar adanya. Rata-rata trotoar tertutupi oleh aktivitas jual beli baik pedagang kaki lima maupun pemilik ruko. Salah satu ruko penjual peralatan rumah tangga misalnya. Meski sudah memiliki \'ruang\' di tokonya, nyatanya trotoar jadi etalase untuk menaruh barang dagangannya. Pejalan kaki pun dibuat berjalan di bahu jalan. \"Dari dulu juga sudah begini. Mungkin karena di sini dekat pasar juga dan sepanjang jalan rata-rata semuanya punya usaha,” ujar warga setempat, Sofia (24), kepada Radar, Selasa (12/12). Setiap hari beraktivitas di kawasan itu, membuay Sofia terbiasa dengan kondisi trotoar yang tidak bersahabat untuk pejalan kaki. Pemilik toko yang menaruh barang dagangan di trotoar merupakan kebiasaan yang sulit diubah. Mereka sudah melakukannya turun temurun. Begitu juga para PKL yang rata-rata sudah berjualan puluhan tahun. “Adanya sudah seperti ini. Memang sih susah lewat, tapi ya mereka sudah kebiasaannya seperti itu,” katanya. Tak hanya di sisi kiri arah Jl Kalitansung, di seberangnya salah satu rumah makan bahkan harus memblok trotoar demi kenyamanan pelanggannya. Gerobak merah itu dibiarkan melintang di atas trotoar jalan. Di sampingnya tertata rapi bangku-bangku kayu untuk pembelinya. Padahal sudah jelas, trotoar menjadi akses lalu lalang pejalan kaki. Bukan aktivitas jual-beli. Meski menyadari perubuatan tersebut menyalahi aturan, toh kebiasan lebih sulit lagi diubah. \"Memang susah kalau lewat trotoarnya. Banyak barang jualannya. Belum lagi parkir motornya sembarangan, nggak sedikit yang sampai naik ke trotoar. Itu aja,\" ungkapnya. Warga lainnya, Nurokhmah (32) mengeluhkan kondisi yang tidak nyaman ini. Perempuan asal Kabupaten Kuningan ini mengeluhkan kawasan Jl Karanggraksan yang kian padat. Saking padatnya, nyaris semua ruang milik jalan dimanfaatkan. “Kalau jalan boleh ditutup, mungkin dipakai juga,” selorohnya. Pelaku usaha yang kerap berbelanja beberapa kebutuhan di kawasan itu berharap ada penataan yang lebih baik. Setidaknya membuat trotoar lebih bersahabat untuk pejalan kaki. Apalagi Jl Kanggraksan merupakan gerbang masuk Kota Cirebon. Belakangan ruas jalan ini kian padat dengan beragam aktivitas Kemacetan juga kerap terjadi, terutama antrean lampu merah persimpangan Jl Brigjen Dharsono (By Pass). “Nggak tau deh, mau sampai kapan dibiarkan,” katanya. Kondisi trotoar jalan yang dipadati oleh pedagang juga terlihat jelas di kawasan kampus Jalan Perjuangan. Kondisinya tampak kumuh berkat puluhan pedagang yang berjejer setiap harinya. Belum lagi sampah yang terlihat menumpuk di dekatnya. Satu hal yang lumayan menarik perhatian di kawasan tersebut ialah ”markas” organisasi kemahasiswaan yang didirikan sekenanya. Bermodalnya batang pohon, terpal, spanduk bekas tersebut sudha menjadi markas yang terlihat dipadati mahasiswa yang duduk di dalamnya. Spanduk bekas jadi atap dan alasnya. Pemagaran yang dilakukan IAIN Syekh Nurjati nyaris tidak berguna. Area trotoar yang sudah dipagar dipakai pedagang untuk menempatkan kursi dan meja. Sementara mereka menggunakan beberapa meter bahu jalan untuk memasang gerobak. Pejalan kaki, lagi-lagi tak diberi kesempatan lewat. Khusus untuk kawasan ini, Satauan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), memang sudah berulang kali menaruh perhatian. Dalam wawancara terakhirnya, Kepala Satpol PP, Andi Armawan mengungkapkan, Jl Perjuangan masuk dalam agenda penataan yang akan dilakukan penegak perda. Tapi ia tak menyebutkan kapan agenda itu dilakukan meski pedagang sebetulnya sudah mengantongi surat teguran.  (myg)

Tags :
Kategori :

Terkait