Duh, Trotoar Sukalila Diduga Diperjualbelikan

Rabu 20-12-2017,21:05 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

CIREBON - Penjual bingkai Jalan Sukalila sudah belasan tahun menghiasi kawasan yang satu ini. Selain para pedagang asli, belakangan ada indikasi jual beli lapak. Penelusuran yang dilakukan Radar, nilainya jual lapak ini lumayan mahal untuk kelas emperan. Rp10 juta untuk bisa dimiliki. \"Di sini belum lama. Ini yang beli kakak saya ke pemilik yang dulu,” ujar salah seorang pedagang yang enggan diungkapkan identitasnya, kepada Radar, Selasa (19/12). Perempuan berusia 20 tahunan itu mengaku hanya menjaga usaha milik kakaknya. Makanya ketika mendengar kabar penertiban, perempuan asli Kabupaten Brebes ini keberatan. Usaha yang dijalankannya belum mampu menutupi pengeluaran untuk membeli lapak. “Kakak saya berani beli karena lokasinya strategis,” tuturnya. Disinggung lapaknya yang menutupi trotoar, ia menyadari melakukan pelanggaran aturan. Tapi, ada saja dalihnya. Disebutnya akses pejalan kaki itu sebagai trotoar mati. Banyak pedagang juga menggunakan istilah serupa. “Sudah bertahun-tahun jarang yang jalan kaki di sini. Ini jalannya juga satu arah, makanya trotoarnya mati,” selorohnya. Meski begitu, tak semua pedagang di kawasan itu melakukan jual beli lapak. Fuad (40) Sudah sejak tahun 1999 berjualan di Jl Sukalila. Sejak dulu hingga kini, barang dagangannya pun masih sama. Menjual bingkai dan kaligrafi serta hiasan dinding lainnya. Ditanya soal tanah ini milik siapa, ia hanya menjawab sembari guyon. \"Punya bapak walikota,\" katanya. Dirinya tidak menampik trotoar jalan yang ia tempati seharusnya dipergunakan untuk pejalan kaki. Tapi, ketiadaan tempat untuk membuka usaha membuat pedagang seperti dirinya terpaksa memanfaatkan lahan yang ada. Disinggung soal lapak dagang yang diperjualkan, Fuad meragukan. Beberapa kali ia mendengar ada informasi seperti itu. Tetapi hanya beberapa oknum saja yang melakukan itu. \"Ini kan punya pemerintah, sudah bagus masih diperbolehkan jualan di sini,\" ujarnya. Fuad mengaku termasuk generasi awal penjual pigura di Jl Sukalila. Bahkan saat jalan satu arah itu belum seramai sekarang. Ketika itu, ada yang membeli pun sudah bersyukur. Kondisinya lain dengan sekarang. Sehari, dia bisa mengantongi omzet Rp1 juta. Menimpali pembicaraan, pedagang lainnya, Asep (29) malahbaru tahu ada lapak yang bisa dijual. Kalau pun ada, menurutnya oknum itu bukan pedagang. Dengan harga Rp10 juta bisa dibilang terlalu murah. Rata-rata pedagang di Jl Sukalila sanggup membawa pulang keuntungan kotor Rp1,5 juta/hari. “Ini tanah bukan punya kita. Daripada dijual mending dipakai dagang,” pungkasnya. (myg)

Tags :
Kategori :

Terkait