CIREBON - Desa Wiyong Kecamatan Susukan dan Desa Rawaurip Kecamatan Pangenan yang ditunjuk sebagai Desa Migran Produktif (Desmigratif) oleh pemerintah pusat terus mendapat pelatihan kemandirian. Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Cirebon Abdullah Subandi menyampaikan, kedua desa yang telah disematkan menjadi kampung produktif tersebut telah dilakukan peninjauan juga berbagai pelatihan kewirusahaan dan kemandirian. Menurutnya, pembentukan program Desmigratif merupakan terobosan baru sebagai bentuk kehadiran negara dalam meningkatkan pelayanan dan perlindungan kepada calon TKI (CTKI) dan TKI serta keluarganya diawali dari kampung halamannya. \"Pemerintah menjadikan Desmigratif sebagai terobosan untuk memberdayakan, meningkatkan perlindungan dan pelayanan terhadap TKI, calon TKI, dan keluarga TKI mulai dari desa yang menjadi kantong-kantong TKI. Sekarang kedua desa ini terus kita latih,\" katanya pada Radar Cirebon, belum lama ini. Bahkan, Kabupaten Cirebon merupakan Desa Penyalur Tenaga Kerja Indonesia (TKI) terbesar ke-4 se-Indonesia setelah Kabupaten Indramayu. Lantaran dinyatakan sebagai kantung TKI terbesar ke-4, dua desa di Kabupaten Cirebon ditunjuk oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi untuk mengikuti program Desa Migran Produktif (Desmigratif). Program Desmigratif juga bertujuan untuk dapat mendorong peningkatan layanan kesehatan bagi calon TKI, TKI purnawirawan beserta anggota keluarganya. Fasilitasi pemanfaatan infrastruktur komunikasi dan informatika. Tujuannya dalam rangka optimalisasi sistem informasi bidang ketenagakerjaan, pelatihan, pemberdayaan, pendampingan, juga pembinaan calon TKI dan TKI purnawirawan serta keluarga TKI sebagai pemandu wisata. \"Mengapa ditunjuk sebagai program Desmigratif? Karena kedua desa yakni Wiyong dan Rawaurip ini merupakan kantung TKI terbesar. Di Kabupaten Cirebon ada sekitar 400 ribu orang yang bekerja sebagai TKI ataupun TKW. Untuk pelatihan di Desa Wiyong yakni pemberdayaan olah makanan berbahan dasar kacang, kedelai, pembuatan spresi. Sedangkan di Desa Rawaurip pemberdayaan garam dan olahan makanan ikan,\" beber Abdullah. Penunjukan Desmigratif, lanjut Abdullah, adalah desa yang sebagian besar penduduknya bekerja di luar negeri. Warga dilatih memahami sistem penempatan dan perlindungan tenaga kerja, baik di dalam maupun di luar negeri. Sebab, TKI yang bekerja di luar negeri belum mampu memanfaatkan hasil kerja yang mereka peroleh untuk usaha-usaha yang bersifat produktif. Perilaku itu mendorong mereka kembali bekerja ke luar negeri. Sedangkan keluarga yang ditinggalkan hanya mengharapkan gaji TKI tanpa mengupayakan bagaimana memanfaatkan uang tersebut untuk mengembangkan usaha-usaha produktif. Untuk itu, pada program ini, pihaknya berharap TKI mampu membangun usaha secara mandiri dan produktif melalui peran aktif pemerintah desa dan pemangku kepentingan. \"Pembentukan desmigratif merupakan salah satu solusi dan bentuk kepedulian negara meningkatkan pelayanan perlindungan kepada TKI, CTKI, dan anggota keluarganya. Jadi uang hasil dari TKI bisa diberdayakan untuk membuka wirausaha, untuk dua desa yakni Wiyong dan Rawaurip yang memiliki potensi alam akan lebih dikembangkan, seperti Wiyong potensi kacang hijau dan banyak berprfesi sebagai tukang jahit maka akan lebih dikembangkan dan dilatih,\" papar Abdullah. Pihaknya optimis, pada tahun 2018 dan 2019 mendatang, kedua desa yang ditunjuk sebagai program Desmigratif akan lebih sukses dan berkembang. \"Kami optimis itu dapat tercapai di 2018. Jadi nantinya keluarga TKI, maupun yang purna tidak hidup konsumtif tapi mereka lebih berkembang dengan wirausahanya,\" tandasnya. (via)
Dua Desmigratif di Cirebon Terus Dilatih Kemandirian
Minggu 11-02-2018,13:15 WIB
Editor : Husain Ali
Kategori :