Sekolahnya Rusak Akibat Bencana, Siswa SDN Pinara Numpang di SDN 1 Ciniru

Rabu 07-03-2018,21:31 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

Dampak dari bencana pergerakan tanah di Desa Pinara, Kecamatan Ciniru, juga dialami oleh anak-anak berusia Sekolah Dasar (SD), SMP dan SMA. Berbeda dengan yang dewasa, anak-anak usia SD itu nampak tetap ceria. Di halaman SDN 1 Ciniru, mereka berkumpul dan bersenda gurau sambil menunggu masuk sekolah. Agus Panther, Ciniru Semangat belajar Oca, Aldi dan beberapa temannya sangat tinggi. Kendari harus belajar di SDN 1 Ciniru, bukan halangan bagi anak-anak dari Desa Pinara yang sedang mengungsi bersama orang tuanya itu untuk menuntut ilmu. Lantaran harus bergantian memanfaatkan ruang kelas, anak-anak SDN Pinara masuk sekolah siang hari, setelah murid SDN 1 Ciniru bubar sekolah. Untuk tenaga pendidiknya juga berasal dari SDN Pinara. Karena seluruh pendidiknya adalah guru yang sama ketika di Pinara, maka hal itu membuat siswa-siswi merasa tetap nyaman dan tenang selama proses kegiatan belajar mengajar (KBM). Ocha sendiri nampak tidak mengenakan seragam merah putih ketika mau sekolah. Dia mengatakan, tidak memiliki seragam lantaran tertinggal di Pinara. Karena itu dia mengenakan kaos dan sandal saat masuk sekolah. “Seragam merah putih saya masih ada di Pinara, belum diambil. Orang tua belum beli seragam. Terus juga belum ada pembagian seragam selama berada di pengungsian. Makanya saya memakai kaos dan sandal. Ada beberapa teman yang beli sendiri, atau kebagian baju seragam dari posko pengungsian,” tutur Oca sesaat sebelum masuk ke dalam kelas. Sedangkan rekannya, Aldi sudah mengenakan seragam yang masih bersih alias baru. Aldi mengaku seragamnya itu hasil pembelian orang tuanya. Dia merasa senang bisa kembali sekolah, dan bertemu teman-temannya. “Kalau baju saya ini baru dibelikan sama orang tua. Belum ada pembagian dari posko pengungsian. Sepatu juga beli yang baru. Saya senang bisa kembali belajar setelah seminggu tidak masuk sekolah. Di sini (sekolah, red) bisa bertemu teman-teman saat waktu masih di Pinara,” ujarnya. Kepala SDN Pinara, Suad SPd membenarkan jika anak didiknya sudah mulai masuk sekolah sejak Senin (5/3). Suad tidak mempermasalahkan anak didiknya tidak mengenakan seragam ketika masuk sekolah. Yang penting, anak-anak tetap mendapatkan pelajaran apalagi siswa kelas VI tidak lama lagi akan ujian nasional. “Jumlah siswa SDN Pinara sebanyak 160 siswa. Ini belum masuk semua. Soalnya ada yang mengungsi ke desa tetangga. Nanti setelah kembali normal, mungkin anak-anak yang tinggal di desa lain bisa bersekolah di sini. Saya sangat bahagia melihat anak-anak semangat untuk belajar,” katanya. Namun Suad mengeluhkan kondisi ruang guru yang ditempatinya di SDN 1 Ciniru. Sebab selain tidak ada mebeler, juga fasilitas pendukungnya belum ada. Pihaknya berharap, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan bisa membantu peralatan mebeler dan kelengkapan fasilitas KBM untuk sekolah yang dipimpinnya selama berada di pengungsian. “Bingung mau duduk di mana ketika istirahat mengajar. Soalnya tidak ada mebeler. Kemudian berkas-berkas yang ada juga bingung nyimpannya. Yah mudah-mudahan saja ada bantuan dari Dinas Pendidikan agar kami bisa mempunyai peralatan mebeler,” ungkapnya. Sementara itu, berdasarkan keterangan yang diperoleh Radar, gedung-gedung SD di desa yang terkena bencana alam seperti banjir, longsor dan pergerakan tanah, kecuali Desa Pinara, masih cukup aman dan bisa dilaksanakan proses belajar mengajar. Namun ada sejumlah sekolah dasar yang sudah dilaporkan ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Kuningan karena mengalami kerusakan lantaran diterpa musibah banjir dan longsor. Beberapa sekolah yang mengalami kerusakan tersebut yakni SDN Dukuhbadag, Kecamatan Cibingbin, SDN 2 Randusari, Kecamatan Cibeureum, dan SDN 4 Cipakem, Kecamatan Maleber. Pihak Disdikbud sendiri masih terus melakukan pendataan ke lapangan untuk memastikan jumlah pasti berapa gedung SD yang mengalami kerusakan. Kepala Disdikbud Dr H Dian Rahmat Yanuar MSi melalui Kasi Sarana SD Rizal Arif Gunawan SE MSi menjelaskan, secara umum, gedung-gedung SD di desa yang terkena bencana alam tidak mengalami kerusakan yang parah. Pihaknya terus melakukan pendataan dengan berkoordinasi dengan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pendidikan. Jika ada sekolah yang mengalami kerusakan, pihaknya akan segera melakukan penanganan. (*)

Tags :
Kategori :

Terkait