Poin Komitmen Belum Jelas

Senin 14-01-2013,17:13 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

RSUDGJ Bantah Ada Dualisme dalam Internal KESAMBI - Pihak RSUD Gunung Jati membantah selama ini ada dualisme (struktural dan fungsional) di internal rumah sakit pemerintah tersebut. Kasubag Sistem Informasi Manajemen dan Humas RSUDGJ Kota Cirebon, Yayat Supriatna SE, membantah terjadi dualisme di internal rumah sakit. Ia menegaskan karyawan RSUD Gunung Jati ada di bawah satu komando, yaitu direktur. “Tidak ada (dualism, red), karena kami satu komando. Yaitu komando direktur, karena yang paling tertinggi itu, ya komando direktur,” ujarnya saat melakukan konferensi pers di salah satu rumah makan, Minggu (13/1). Ia menegaskan pejabat struktural dan fungsional sebenarnya tidak memiliki masalah. Bahkan belum lama ini, sempat ada sebuah komitmen antara keduanya. “Kami sudah membuat komitmen untuk memajukan pelayanan rumah sakit. Sudah tidak ada konflik lagi. Mudah-mudahan terus akur,” tuturnya. Ditanya poin-poin komitmen yang dibuat, Yayat tidak menyebutkan. Dia hanya mengatakan, secara general komitmen tersebut berisi tentang perbaikan pelayanan rumah sakit. “Hanya secara general, komitmen untuk memperbaiki pelayanan,” jelasnya. Tentang keberadaan Forum Karyawan Peduli RSUDGJ, Yayat menilai, hal tersebut sebagai suatu bentuk kepedulian karyawan terhadap rumah sakit. Terlebih tujuannya sama, yaitu untuk memajukan kualitas rumah sakit. “Saya rasa itu hanya bentuk kepedulian saja. Untuk menyamakan persepsi dan bersama-sama memajukan RSUD Gunung Jati,” ucapnya. Yayat membeberkan sejumlah langkah yang dilakukan RSUDGJ untuk meningkatkan kualitas. Seperti ditetapkannya rumah sakit pendidikan tipe B utama, lunasnya hutang RSUD Gunung Jati, pembangunan gedung rawat inap bagi pasien miskin, dan juga pelayanan farmasi satu pintu. Sementara itu, Ketua Forum Cirebon Rembug, Moh Ichwan Malik mengungkapkan, berdasarkan hasil investigasinya ke RSUDGJ, selama ini ada aktor intelektual yang bermain di balik kisruh rumah sakit. Aktor intelektual tersebut berasal dari lingkungan struktural, yang tidak ingin RSUDGJ maju. “Saya melihat, ada dualisme. Ada aktor intelektual yang bermain di belakang semua masalah ini,” tandasnya. (kmg)

Tags :
Kategori :

Terkait