Pedagang Blokade Rel KA Kartini

Selasa 15-01-2013,09:10 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

Bentrok, Tuntut KAI Perbolehkan Asongan Berjualan di Stasiun CIREBON - Ratusan pedagang asongan menggelar aksi protes kepada PT Kereta Api Indonesia (KAI) terkait larangan berdagang di stasiun. Mereka menuntut agar KAI kembali membolehkan pedagang berjualan di stasiun Kejaksan dan Prujakan, khususnya di dalam kereta api yang berhenti di dua stasiun itu. Sempat terjadi bentrok dengan aparat kepolisian, karena pedagang memblokade rel KA Jl Kartini. Koordinator Asongan Cirebon, Adi Dwi Priyanto mengatakan, PT KAI menganggap asongan bukan manusia. Sebagai orang kecil, pedagang asongan sudah berada di pinggir. Namun masih juga diinjak-injak. Asongan di dua stasiun itu berjumlah 800 orang. Hal ini harus dipikirkan nasibnya jika tidak boleh berjualan. “Mau makan apa? Kami punya keluarga yang harus dinafkahi,” ucapnya lantang saat demo di kantor Daop III Cirebon, kemarin. Melalui asosiasi pedagang asongan nasional, pihaknya akan mengirimkan surat protes kepada Presiden RI, Kementerian BUMN dan PT KAI Pusat. Ex Officio Ketua DPRD Kota Cirebon, Edi Suripno berjanji, pihaknya akan melakukan konsultasi dengan Kementerian BUMN, Komnas HAM, dan PT KAI pusat. Terkait solusi, akan dibicarakan bersama unsur terkait. Dalam hal ini, DPRD bersikap sebagai penengah dan mediator. Demo para pedagang asongan itu, menjadi “kado” istimewa bagi Vice President Daop III Cirebon, Wawan Ariyanto yang baru menjabat sehari. Dia menegaskan, larangan berdagang di stasiun bukan semata-mata kebijakan PT KAI, tetapi hanya menjalankan undang-undang yang berlaku. “Hari ini, hari pertama Saya. Apakah ini kado di hari pertama Saya? Atau apa? Terkait pelarangan berjualan, kami PT (perusahaan) hanya menjalankan UU yang berlaku,” jawabnya saat ditanya perwakilan pedagang asongan tentang pelarangan berjualan di stasiun. Wawan berharap, pedagang memahami tujuan PT KAI yang ingin memberikan pelayanan maksimal dan kenyamanan pada penumpang. “Kami melayani publik. Kenyamanan penumpang diutamakan,” bebernya di hadapan perwakilan asongan, DPRD, Polresta dan pihak terkait di kantor PT KAI Daop III Cirebon, Jalan Siliwangi, Senin (14/1). Dia juga menjelaskan, ada 100 KA dengan penumpang antara 500-700 orang tiap hari. Jika dihitung, minimal 50 ribu penumpang/hari harus dimanjakan dengan pelayanan dan kenyamanan. “Oleh karena itu, area stasiun harus steril. Penumpang sekalipun, jika masuk stasiun harus menunjukkan identitas,” tegasnya. Meskipun demikian, Wawan akan melibatkan DPRD dan Wali kota untuk ikut menata dan mencari solusi. Dia berharap, ada solusi menampung bekerja, tetapi tidak sebagai asongan. Namun, Wawan sebagai kepala Daop III Cirebon, akhirnya memperbolehkan asongan masuk ke stasiun Prujakan, tetapi tidak boleh naik ke KA apa pun. Sementara untuk stasiun Kejaksan, asongan sama sekali tidak boleh masuk stasiun. Tidak puas setelah hearing dengan pihak PT KAI Daop III Cirebon, ratusan pedagang berpindah dan berjalan kaki menuju rel kereta Kartini. Setelah itu, pedagang melakukan blokade di rel kereta Kartini sekitar setengah jam. Karena dianggap aksi tersebut mengganggu fasilitas umum, petugas kepolisian melakukan penertiban. Sempat terjadi bentrok antara pedagang dan pihak kepolisian. Sejumlah pedagang ngotot berada di rel kereta, sementara pihak kepolisian berusaha agar pedagang tidak memblokade rel kereta. Setelah ditertibkan pihak kepolisian, ratusan massa pedagang itu berpindah ke Alun-alun Kejaksan. Dalam aksi tersebut, sekitar 5 pedagang asongan jatuh pingsan. Salah satu pedagang, Raskami, warga Pancuran, pingsan lantaran sempat ditertibkan kepolisian saat sedang duduk di tengah rel kereta api dan dalam kondisi kurang sehat. \"Tadi lagi duduk, tapi dipaksa ditarik-tarik untuk minggir, habis itu kejang-kejang,\" ujar salah satu saksi mata, Rodiah. Sebagai seorang pedagang, Rodiah merasa kecewa karena tidak mendapatkan jawaban dan kejelasan terkait nasibnya. \"Kami kan mau berdagang. Kalau memang harus begini (memblokade jalan, red) ya begini. Kami hanya memperjuangkan hak,\" lanjutnya. Sementara itu, Manager Humas PT KAI Daop III Cirebon, Sapto Hartoyo menjelaskan, aksi pemblokiran tersebut tidak mengganggu arus lalu lintas kereta api. \"Tidak ada keterlambatan. Perjalanan kereta api sesuai jadwal,\" ujarnya singkat. Awal aksi sekitar pukul 10.00, ratusan massa berkumpul di Alun-alun Kejaksan. Setelah berdoa bersama, iring-iringan massa menuju kantor PT KAI Daop III Cirebon. Mereka melakukan orasi bergantian sekitar satu jam. Setelah itu, enam perwakilan mereka masuk ke kantor dan ditemui Vice Presiden Daop III Cirebon yang baru menjabat hari itu, Wawan Ariyanto. Sebelumnya, dalam sebuah pertemuan, Wali kota Cirebon Subardi SPd sempat menyayangkan kebijakan KAI yang dinilai tanpa koordinasi dengannya. Dia bahkan mendesak Vice Presiden Daop III Cirebon untuk memperbolehkan pedagang asongan berjualan kembali di stasiun. Mekanisme pengaturannya diserahkan kepada Daop III. “Mereka kan warga Kota Cirebon yang butuh pekerjaan dan menghidupi keluarga. Biarkan mereka berjualan,” tutur Subardi kala itu di Griya Sawala DPRD. (ysf/kmg)

Tags :
Kategori :

Terkait