Baterai Mudah Terbakar, Bahayakan Keselamatan Penerbangan
TOKYO - Dua maskapai penerbangan besar asal Jepang, All Nippon Airways (ANA) dan Japan Airlines (JAL), memutuskan untuk menghentikan sementara pengoperasian Boeing 787. Selain Nippon Airways dan JAL, otoritas penerbangan Amerika Serikat, Federal Aviation Adminsitartin (FAA) juga mengeluarkan instruksi agar Boeing 787 di-grounded sementara di AS, menyusul persoalan pada baterai yang dikhawatirkan membahayakan keselamatan penerbangan. Rabu (16/1) pagi, Boeing 787 milik ANA terpaksa mendarat di Bandara Takamatsu di sebelah barat Jepang, karena adanya kebocoran elektrolit pada baterai utama. Pilot ANA terpaksa mendaratkan Dreamliners -sebutan Boeing 787- karena mencium bau asap di cockpit akibat baterai yang terbakar.
Padahal, Dreamliners merupakan produk teranyar Boeing yang dikenal sukses dari segi penjualan. Namun sejak diluncurkan setelah mengalami tiga tahun penundaan, Dreamliners memang dirundung serangkaian persoalan, termasuk kebocoran bahan bakar hingga masalah baterai yang terbakar.
ANA dan JAL dikenal sebagai maskapai pertama yang mengoperasikan Dreamliners dalam jumlah besar. ANA tercatat mengoperasikan 17 Dreamliners, sedangkan JAL memiliki tujuh unit pesawat.
Kementerian Perhubungan Jepang mengaku mendapat pemberitahuan dari ANA dan JAL yang tak akan menerbangkan Dreamliners lagi. Kantor berita Kyodo yang mengutip penyelidik keselamatan penerbangan pada Kementerian Perhubungan Jepang, menyebut elektrolit pada baterai utama ANA bocor sehingga membakar lantai dan eksterior pesawat.
Sementara di Washington, FAA memerintahkan maskapai penerbangan di AS yang mengoperasikan Dreamliners untuk sementara tak menerbangkannya lagi. United Airlines -maskapai penerbangan AS yang mengoperasikan enam Dreamliners- telah memutuskan pesawat itu tak dioperasikan untuk sementara waktu hingga keluar hasil penyelidikan tentang penyebab kebakaran baterai. Dreamliners merupakan pesawat yang butuh pasokan listrik lebih banyak dibanding pesawat modern lainnya. Dreamliners juga menjadi pesawat pertama buatan Boeing yang menggunakan bateri lithium isi ulang yang menghemat tempat di pesawat. Namun baterai lithium juga dikenal mudah terbakar.
Pada Mei 2011 silam, FAA pernah mengeluarkan beberapa catatan perbaikan untuk Dreamliners, termasuk tentang pencegahan kebakaran di pesawat dan kebocoran elektrolit yang bisa membahayakan. Karenanya menyusul insiden ANA, FAA telah mengeluarkan instruksi tentang pencegahan agar jenis baterai yang bermasalah tidak dipasang di Dreamliners.
Bateri yang dipasang pada Dreamliners itu terbuat dari lithium yang dipasok Yuasa Corp, perusahaan asal Jepang. Namun Yuasa masih tutup mulut soal itu. Jepang menganggap terbakarnya baterai pada Dreamliners milik ANA sebagai insiden serius. Juru bicara Badan Keselamatan Transportasi Nasional AS (NTSB), Kelly Nantel, mengungkapkan bahwa FAA telah mengirim perwakilan untuk melakukan penyelidilkan bersama Kementerian Perhubungan Jepang.
Namun pihak Boeing tetap yakin 787 aman untuk dioperasikan. \"Kami percaya (Boeing, red) 787 aman, dan kita berada di belakang seluruh integritasnya,\" ucap CEO Boeing, Jim McNerney. (AP/ara/jpnn