JAKARTA - Dunia tinju profesional Indonesia kembali terguncang. Belum lepas dari ingatan masyarakat kita November lalu saat Okson Palue (Rokatenda BC Sidoarjo) meninggal dunia usai bertarung. Kemarin (27/1) di RS UKI Jakarta, satu lagi petinju profesional berpulang. Adalah Tubagus Setia Sakti yang kemarin menghembuskan nafas terakhirnya pukul 13.30. Sakti dilarikan ke rumah sakit di kawasan Cawang itu pada Sabtu (26/1) malam usai bertarung versus Ical Tobida (King Lembata BC Jakarta) di Studio V TVRI Senayan dalam kejuaraan nasional ad interim 12 ronde versi KTPI kelas terbang junior (49 kilogram). Dengan kematian Sakti, total sudah ada 30 petinju profesional yang meninggal usai bertarung sejak tahun 1948 lalu. Dalam pertarungan tersebut, Ical dinyatakan menang TKO pada ronde delapan saat berjalan satu menit 35 detik. Sebelum ambruk di sudut biru, petinju kelahiran 9 November 1995 itu mengangkat kedua tangan tanda menyerah. Nah, Sakti terlihat limbung usai terkena hook kiri Ical di rusuk kanan serta straight kanan di dagu. Wasit Geborlak yang memimpin pertarungan pun langsung menyudahi pertandingan. Dari pantauan di ring, Sakti sempat mengalami kejang-kejang saat perawatan di Studio V TVRI Senayan. Tak mau ambil risiko, tim dokter langsung melarikannya ke rumah sakit. Dari keterangan berbagai pihak yang dihimpun, Sakti meninggal karena adanya darah yang menggumpal di bagian kepala belakang sisi kiri. Jenazah diberangkatkan dari RS UKI Jakarta kemarin pukul 17.50 untuk dikebumikan di daerah kelahirannya Bakauheni, Lampung Selatan. Ketika ditemui kemarin, ayah Sakti, Iwan Falas terlihat sangat sedih. Bahkan ketika jenazah diberangkatkan, Iwan langsung menangis dan lunglai. Iwan pun langsung dipapah keluarga besar sasana Sakti berasal KPJ Bulungan BC Jakarta. “Saya sebelumnya tak ada feeling sama sekali kalau sakti akan dipanggil Yang Maha Kuasa. Saya sadar semua pekerjaan atau kegiatan yang ditekuni punya risiko. Tapi saya menganggap meninggalnya anak saya ini adalah takdir yang sudah digariskan. Saya sendiri bangga ketika Sakti meninggal dengan jalan bertinju. Bukan digebuki atau perkelahian jalanan,\" ujar Iwan sambil berkaca-kaca. Anak ketiga pasangan Iwan-Sartini itu memang menjalani kegiatan bertinju sejak usia enam tahun. Karir siswa kelas X SMA Islam Kalianda Bakauheni itu menekuni tinju amatir sejak 2004 lalu bersama KPJ Bulungan BC. Setahun kemudian, Sakti beranjak ke level profesional. Rekor bertanding sebelum lawan Ical, Sakti mencatatkan sepuluh kali main, menang tujuh kali, dua kali diantaranya KO/TKO, dan kalah tiga kali. Wakil promotor tinju Syarifudin Lado Lojor mengungkapkan pihak promotor dan TVRI sebagai pelaksana bertanggung jawab semua biaya rumah sakit hingga pengiriman jenazah. Namun Lojor menyayangkan, hingga kemarin pihak KTPI selaku payung induk tinju tak memberikan perhatian sama sekali. Bahkan kemarin di RS UKI, tak seorangpun pengurus KTPI berkunjung. Promotor Syarifudin Lado memberikan keterangan jika prosedur cek fisik pra pertarungan sudah dilakukan sebelum pertandingan. Yakni pemeriksaan kesehatan sebelum timbang badan dan naik ring. \"Kami ada dokumen lengkap mengenai hasil tersebut. Kedua petinju yang akan naik ring dinyatakan sehat,\" tutur Lado. Ketika dikonfirmasi kepada pihak dokter pertarungan, dr Fritz enggan memberikan keterangan. Bahkan pihak rumah sakit setali tiga uang. \"Kami menunggu Pak Ketua Umum KTPI Ruhut Sitompul untuk pernyataan resminya. Daripada semua informasinya simpang siur,\" kata dokter berkaca mata itu. (dra)
Sakti “Tumbal” Ke-30
Senin 28-01-2013,21:40 WIB
Editor : Dedi Darmawan
Kategori :