Gunung Agung Masih Berpotensi Erupsi Strombolian, Ribuan Masyarakat Mengungsi

Rabu 04-07-2018,17:31 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

JAKARTA – Erupsi Gunung Agung masih terjadi. Selasa (3/7) gunung dengan ketinggian 3.142 mdpl itu tiga kali erupsi dalam tempo enam jam. Kolom abu yang terlontar sampai 2.000 meter di atas puncak kawah gunung tersebut memang tidak lantas mengganggu operasional Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai. Namun, bandara di Banyuwangi dan Jember terpaksa stop operasi. Menurut Kasubbid Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Devy Kamil Syahbana erupsi Gunung Agung Senin malam (2/7) memang sempat membuat amplitudo seismik naik. Namun, itu tidak berlangsung lama. ”Secara singkat saja. Setelah itu turun kembali,” terang dia kemarin. Berdasar grafik amplitudo seismik, dia menyebutkan, saat ini belum ada peningkatkan energi seismik yang besar. Selain itu, grafik tersebut juga menujukkan belum tampak tren jangka panjang pembangunan tekanan secara signifikan. Menurut Devy, erupsi secara strombolian terjadi lantaran ada pengerasan lava di permukaan kawah. ”Pengerasan lava di permukaan adalah hal yang lazim karena lava di permukaan cenderung mengalami penurunan temperatur,” kata dia menjelaskan. Devy pun menyampaikan, pengerasan itu pula yang membuat laju efusi lava dari dalam perut Gunung Agung ke permukaan melambat. ”Intinya terjadi penghambatan atau penyumbatan aliran fluida (dalam bentuk gas maupun cair) magma ke permukaan,” terang dia. Lebih lanjut, pengamatan visual petugas PVMBG sepanjang Senin malam sampai Selasa dini hari memang sinar api masih tampak. Namun, sinar api tidak terlihat sejak tiga jam sebelum erupsi Senin malam terjadi. Menurut Devy, itu mengindikasikan terjadinya pengerasan magma. Kondisi itu membuat aliran magma terhambat. Sampai mengumpul di kedalaman dangkal. Hingga lapisan lava yang sudah mengeras tidak mampu menahan desakan dari bawah. ”Dan akhirnya erupsi strombolian pun terjadi,” terang Devy. Sinar api yang tampak dari puncak kawah Gunung Agung, sambung Devy, tidak hanya menandakan masih ada lava panas dan encer di dalam kawah gunung tersebut. Melainkan juga mengindikasikan gas dari dalam gunung itu bisa keluar dengan mudah. Sebaliknya, apabila sinar api tidak teramati besar kemungkinan lava di permukaan kawah sudah membeku. ”Maka dapat berpotensi untuk terjadi kembali erupsi strombolian,” imbuhnya. Namun demikian, erupsi secara strombolian tidak terjadi dalam tiga kali erupsi kemarin. Data PVMBG hanya menyebutkan erupsi pertama yang terjadi pukul 04.13 Wita melontarkan kolom abu sampai ketinggian 2.000 meter di atas puncak Gunung Agung. Pun demikian dengan erupsi pada pukul 09.28 Wita. Sedangkan erupsi terakhir pukul 09.46 Wita hanya melontarkan kolom abu pada ketinggian 500 meter di atas puncak. Sampai kemarin malam, aktivitas Gunung Agung yang turut disertai beberapa kali erupsi belum membuat PVMBG meningkatkan status gunung itu dari siaga atau level III menjadi awas atau level IV. Sesuai status itu pula, rekomendasi zona berbahaya yang harus dikosongkan masyarakat masih berada pada area 4 kilometer dari puncak. Rekomendasi itu bakal berubah menyesuaikan kondisi Gunung Agung. Sementara itu, jumlah pengungsi yang terdata sampai pukul 18.00 WITA kemarin sebanyak 2.731 orang. Mereka tersebar di 28 titik pengungsian di Kabupaten Karangasem dan Kabupaten Gianyar. Kantor Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Denpasar memastikan mereka sudah siap siaga membantu masyarakat yang hendak mengungsi. Dua tim sudah ditempatkan di dua titik. Yakni di wilayah Selat dan Kubu. Kepala Kantor Basarnas Denpasar Ketut Gede Ardana mengungkapkan bahwa alat angkut untuk mengevakuasi masyarakat sudah siap. Baik milik Basarnas, Polri, maupun BPBD. Selain itu, 121 petugas gabungan juga sudah disiapkan. Menurut Ardana, masyarakat yang mengungsi sejak Senin malam bergerak secara mandiri. ”Masyakarat rata-rata sudah paham kondisi Gunung Agung. Mereka cepat merespons jika terjadi bahaya yang mengancam,” ungkapnya. (syn)

Tags :
Kategori :

Terkait