SW Diduga Kuat Jalankan Praktik Money Laundry

Jumat 01-03-2013,09:24 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

CIREBON - Kasus penyimpanan uang dolar palsu yang menjerat SW, bos REI (Real Estate Indonesia) semakin menimbulkan teka-teki. Sejumlah warga sekitar ruko Indojaya Group di RT 07 RW 04, Kelurahan Kecapi, Kecamatan Harjamukti pun dibuat geleng kepala. Bahkan, dugaan SW melakukan praktik money laundry (cuci uang) pun kian menjadi perbincangan. Ketua RT 07 RW 04, Kosim (43) mengaku kaget mengetahui penggerebekan dan penangkapan SW pada Rabu (20/2) malam lalu. Kosim pun tidak mengetahui secara pasti awal mula penggerebekan polisi. Dirinya baru mendatangi ruko bercat merah itu setelah diberitahu salah satu warganya. \"Ada Beben ke rumah, ngabarin katanya ada rame-rame di ruko. Pas saya ke sana, memang betul sudah banyak polisi,\" ujarnya. Pada kesempatan itu, Kosim tidak percaya karena dia dan warga sekitar mengenal sosok SW sebagai pengusaha muda yang sukses dalam bidang properti, tentu memiliki aset yang nilainya mencapai ratusan miliar. Ditanya perihal sikap SW dalam keseharian, Kosim pun bercerita banyak. Menurutnya, SW kurang bisa bersosialisasi. Bayangkan saja, lima tahun menempati ruko, SW jarang bisa ditemui. Bahkan kepada warga setempat pun terkesan kurang respek. \"Dia sewa ruko, gak lapor ke RT. Bahkan karyawannya berapa orang pun saya nggak pernah tahu. Lima tahun menyewa ruko, baru kemarin pas penggerebekan saya ketemu dia. Beberapa keluhan masyarakat juga kesannya dia tidak peduli. Ada rumah warga yang menempel ke ruko, sampai retak-retak juga tetep gak ada tanggapannya,\" ujar Kosim. Ditanya lebih detail isu yang santer di lingkungan masyarakat, Kosim mengaku sedikitnya mengetahui kondisi bisnis SW yang tengah goyang. Bahkan, sebelum kasus itu mencuat, Kosim dan warga sekitar mendapat kabar jika SW meminjam uang kepada salah satu pemilik toko di sekitar Kelurahan Kecapi. Namun, pemilik toko itu tidak meminjamkan, karena sedang tidak ada uang. \"Denger kabar SW pernah pinjam uang ke yang punya toko di deket lampu merah sebanyak Rp25 juta. Tapi saat itu pemilik toko sedang tidak ada uang. Masa sih pengusaha kaya raya pinjam uang Rp25 juta,\" ucapnya. Disinggung perihal kegiatan mengubah black dollar menjadi dolar yang dilakukan teknisi asing, Kosim mengaku tidak paham. Kosim juga mengatakan tidak pernah melihat adanya orang asing berkulit gelap yang mondar-mandir di ruko. Karena kondisi kantor SW juga tidak terlalu mencolok keramaian. \"Kalau orang negro saya nggak pernah lihat, mungkin kegiatan malem, jadi gak pada tahu. Setahu warga juga, SW itu kalau pulang kantor selalu di atas jam 01.00. Tapi ada salah satu karyawannya yang sudah dipecat, katanya pernah lihat warga asing itu. Bahkan waktu penggeledahan polisi, dia itu ada di lokasi,\" tutur Kosim. Sementara itu, pengamat hukum, Gunadi Rasta menilai, kasus yang menyeret warga Jl Pemuda, Kota Cirebon itu sudah masuk ranah money laundry dengan jaringan internasional. Pasalnya, uang palsu yang diproduksi didominasi oleh mata uang asing. \"Pelaku itu orang kaya, kalau dilihat secara materi, dia itu sudah berlebih. Kenapa dia malah melakukan itu, itulah yang menjadi permasalahan. Kalau dilihat berdasarkan ilmu terminologi, jelas ada sebuah jaringan internasional. Apalagi, yang dicetaknya dolar dan euro. Kemungkinan money laundry ini yang harus ditelusuri kepolisian,\" tukas Gunadi Rasta, saat ditemui di kediamannya di Perum Kalijaga Permai, Kamis (28/2). Ketika hasil produksi mata uang asing, sudah barang pasti harus melakukan cuci uang, karena basis bisnisnya ada di Indonesia. Untuk melakukan cuci uang ini, tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang. Harus ada jaringan tersendiri untuk bisa tembus. \"Analisa saya, kegiatan money laundry ini tidak mungkin dilakukan dalam waktu singkat. Dan kemungkinan nilainya akan membengkak ketika kepolisian terus menelusurinya. Yang perlu digarisbawahi, pengusaha kaya seperti dia, tidak akan mungkin berhenti dalam angka Rp2 miliar saja. Jika SW ditangkap hanya karena ada temuan Rp2 miliar, itu merupakan tindakan bodoh. Karena harta benda dia lebih dari angka Rp2 miliar,\" tukas Gunadi. Menurutnya, SW bukanlah pemain awam dalam pengadaan dan penyimpanan uang palsu. \"Kemungkinan besar dia itu pemain lama. Dia itu selain kaya raya juga pebisnis cerdas, dia pasti menggunakan logikanya untuk berbisnis. Dan dia juga sudah punya perhitungan yang sudah jelas, yaitu reputasi dan sisi materi. Mending dagang properti kan yang risikonya sudah jelas,\" ujarnya. Disinggung perihal upaya pembelaan SW yang mengaku jika dirinya sebagai korban, Gunadi pun menjawab santai. Menurutnya, siapa pun memiliki hak untuk membela diri. \"Kalau dia mengatakan bahwa dia ditipu, black dollar itu bahan baku pembuatan dolar. Kalau tahu begitu, kenapa tidak segera dikembalikan. Itu unsur sengaja. Malah dia mandatangkan tenaga ahli 16 orang. Apa itu bukan hal yang direncanakan?\" tegasnya. Gunadi meminta polisi tidak hanya terpaku pada dolar palsunya, tapi hasil dari perbuatan dolar palsu yang kemungkinan sudah di-money laundry. (atn)

Tags :
Kategori :

Terkait