Begini Cerita Nelayan Cirebon yang Terombang-ambing di Tengah Laut

Rabu 12-09-2018,15:00 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

CIREBON–Nasib sejumlah nelayan asal Desa Gebang Mekar, Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon sedang mujur. Perahu Tunggul Mulya yang ditunggangi tujuh nelayan hampir tenggelam di laut lepas. Salah satu nelayan, Kusnadi (38) menceritakan penyebab hampir tenggelamnya perahu. Menurut dia, perahu mengalami water pump dan bocor. Padahal, kondisi mesin masih baru. “Titik bocornya itu, kita tidak tahu. Tiba-tiba tergenang air. Kita terombang-ambing di lautan selama tiga hari,” ujarnya. Tardi ikut menceritakan betapa deg-degannya dia bersama enam nelayan lainnya. Kejadiannya terjadi pukul 23.00 WIB. Tardi mengatakan, pada waktu itu dia sebagai nakhoda, merasa kecapean dan mengantuk. Dia meminta rekannya, Andi untuk menggantikannya sementara. Sebelum istirahat, Tardi sempat mengecek dan memastikan keadaan mesin perahu baik–baik saja. Kurang lebih dua jam, Tardi mendengar teriakan di perahu. Dia lalu bangun dan menyalakan lampu. Tiba-tiba, perahu berukuran 5 GT yang ditungganginya sudah tenggelam. Untuk mencegah naiknya air, nelayan lainnya, Kusnadi, mencoba mengosongkan tong ikan yang isinya hasil tangkapan selama berlayar. Saat itu hasil tangkapan mencapai 2 ton. Upaya tersebut membuahkan hasil. Perahu yang ditungganginya bertahan, tidak tenggelam hingga tiga hari. “Kami sudah berlayar selama enam hari. Karena bekal sudah habis, kami pulang. Tapi di tengah laut perahu mengalami masalah,” kata Kusnadi. Lalu bagaimana para nelayan ini mendapat bantuan? Tardi mengaku sudah enam kali meminta pertolongan kepada perahu yang melintas. Tapi tidak ada yang bersedia menolong. Padahal, jaraknya tidak terlalu jauh dengan daratan. Usaha Tardi tidak sampai di situ. Dia meminta pertolongan kepada perahu ketujuh yang melintas. Perahu tersebut mengangkut minyak goring. Yang lebih mencengangkan, jarak titik tenggelam kepada perahu ketujuh adalah 1,3 kilometer. Usaha Tardi tidak sia-sia. Kapten perahu yang ketujuh mempercayainya. Tardi dan rombongan akhirnya diangkut ke Kalimantan dengan perjalanan tiga hari. Tardi dan rombongan lalu melapor ke polsek terdekat untuk mengurusi surat kecelakaan dan lainnya. Setelah meneyelesaikan semuanya, Tardi dan keenam nelayan pulang ke Cirebon, diantar ke Semarang dulu dengan jalur darat. Lalu, ketujuh nelayan tersebut dijemput oleh keluarga masing–masing. Sesampainya di rumah, Tardi menceritakan bahwa kerugian akibat tenggelamnya perahu diperkirakan mencapai Rp250 juta. H Dade Mustafa, salah satu tokoh di Desa Gebang Mekar mengatakan, sudah sering terjadi kecelakaan. Dia menyebut sudah tiga kali kecelakaann perahu nelayan serupa terjadi dan menewaskan satu orang. Walaupun tidak ada korban jiwa, kata dia, ketujuh nelayan pastinya mengalami trauma berkepanjangan. Para nelayan berharap agar ke depan, pemerintah lebih memperhatikan dan membantu upaya pemulihan psikis nelayan yang mengalami kecelakaan di laut agar kembali produktif. (hapid-magang)

Tags :
Kategori :

Terkait