Terkepung, Gerilyawan Sulu Berpencar

Minggu 10-03-2013,08:41 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

Memasuki Hari Kedelapan Operasi Daulat, 53 Tewas LAHAD DATU - Operasi Daulat Malaysia di Lahad Datu, Negara Bagian Sabah, kemarin masuk hari kedelapan. Namun, kelompok yang mengaku pembela setia Kesultanan Sulu belum menunjukkan gelagat menyerah. Mereka justru berpencar untuk menghindari kepungan. ”Mereka tidak mungkin lepas dari kepungan kita. Mereka hanya bisa dari Kampung Tanduo ke Tanjung Batu saja,” ujar Panglima Angkatan Tentara Diraja Malaysia Jenderal Datuk Tan Zulkifli bin Mohd Zein kepada media di Felda Residence Sahabat, Lahad Datu, kemarin (9/3). Orang nomor satu di militer Malaysia itu menegaskan, pihaknya mengetatkan pengepungan. ”Kita yakini mereka terperangkap. Jadi, penceroboh ini bergerak dengan unit-unit kecil atau sendiri-sendiri karena ketatnya pengepungan kita,” ujar Zulkifli. Dua kampung itu berjarak sekitar 4 kilometer dengan bentuk cerukan seperti huruf U. Tentara Malaysia juga melakukan mopping dan searching dengan cara menyisir rumah-rumah yang ditinggal kabur gerilyawan. ”Kita persempit gerak mereka dengan fokus upaya pembersihan,” ujarnya. Kepala Polisi Diraja Malaysia Inspektur Jenderal Datuk Tan Sri Omar Ismail menjelaskan, sempat terjadi kontak tembak dengan gerilyawan Sulu kemarin pagi. ”Satu penceroboh yang mencoba keluar Tanjung Batu berhasil ditembak mati sehingga total korban 53 tewas,” katanya. Saat ini polisi Malaysia belum bisa menghitung secara pasti jenazah di dalam hutan antara dua kampung tersebut. ”Sebab, belajar dari pengalaman semasa dua hari lalu, polisi forensik kita diserang. Jadi, jangan sampai ada korban,” ujarnya. Jenderal kelahiran Kedah itu menjelaskan, spesifikasi keahlian antara polisi forensik dan polisi komando jauh berbeda. ”Forensik itu harus aman karena bertugas mengidentifikasi mayat-mayat. Sejauh ini kita bisa ambil gambar sebagian di antaranya,” tambahnya. Datuk Tan Sri Omar juga menjelaskan, pihaknya menangkap 27 orang yang mendarat di pantai tak jauh dari Kampung Tanjung Batu. Mereka diamankan di kantor polisi Lahad Datu dan belum ditemukan kaitan langsung dengan gerilyawan Sulu. ”Mereka akan diperiksa lebih lanjut. Sementara ini alasannya adalah mengantar ikan,” jelasnya. Orang pertama di Royal Police Malaysia tersebut mengeluarkan ultimatum agar tidak ada pihak yang nekat menerobos ke daerah operasi. Termasuk kru media. ”Jangan membahayakan siasatan (strategi) kami dan juga para penceroboh itu juga masih bersenjata,” ungkap Sri Omar. Dari Filipina, Abraham Idjirani, juru bicara Sultan Sulu Jamalul Kiram III, membantah keras semua pernyataan Malaysia. Dia mengungkapkan, jumlah tentara Sulu yang tewas tak sampai sebanyak itu. Saat ini tentara Sulu terus berkonsolidasi untuk memantapkan posisi dari kepungan aparat Malaysia. ”Saya minta Malaysia menghentikan propaganda hitam dan klaim sepihak,” tutur Abraham kemarin seperti dilansir GMA News. Tradisi pers Malaysia memang sangat ketat dan berbeda jauh dengan Indonesia sehingga informasi yang diberikan satu kelompok harus sesuai dengan keterangan pihak otoritas. Pemerintah Malaysia tak segan memanggil wartawan atau media yang berani kritis terhadap jalannya operasi. Bahkan, kini televisi Malaysia (TV1 dan TV3) hampir tiap malam menayangkan protes aktivis-aktivis UMNO terhadap pihak oposisi, Partai Keadilan Rakyat (Anwar Ibrahim cs), yang menyebut Operasi Daulat dilancarkan untuk memperoleh dukungan politik terkait dengan pemilu bulan depan. Aktivis Partai Keadilan Rakyat Tan Chua bahkan dilaporkan di 89 balai polis (setingkat polres) di Malaysia karena pernyataannya yang meminta publik objektif memandang perkembangan Operasi Daulat. Pejabat Malaysia juga tak melayani tanya jawab di luar keterangan resmi. Tak heran, tiap hari laporan koran serta televisi dan radio Malaysia seragam dan tunggal: versi pemerintah. Tidak ada media Malaysia yang menyiarkan pernyataan-pernyataan pihak Kesultanan Sulu. Pemerintah negeri jiran itu memberikan peringatan keras bagi aktivis blogger maupun social media (Facebook dan Twitter) yang menyebarkan kabar atau berita di luar versi resmi pemerintah Malaysia. MALAM MINGGU MENCEKAM Warga Lahad Datu menutup rapat rumahnya sejak pukul 6 sore kemarin. Tak ada keceriaan malam Minggu layaknya kondisi sebelum konflik. Mereka takut karena kejadian kontak tembak pecah dengan gerilyawan Sulu pada akhir pekan awal bulan lalu. ”Sepekan lalu di Semporna ada peceroboh menyerang, kami cemas,” ujar Rozai bin Mohd, warga Lahad Datu, saat ditemui Jawa Pos (Radar Cirebon Group) kemarin. Rozai yang mengaku berasal dari Johor Bahru namun sudah 12 tahun tinggal di Lahad Datu menceritakan, lazimnya setiap malam Minggu, kota selalu ramai. ”Banyak peladang yang turun Bandar, melancong. Jadi, mereka ada yang karaoke atau minum-minum,” katanya. Namun, mulai 1 Maret lalu tempat karaoke tutup sepenuhnya. Toko tutup sejak pukul 17.00. Praktis jalanan bak kota mati. ”Siapa yang berani keluar malam dalam kondisi seperti ini,” ucapnya. Warga juga masih trauma dengan kejadian pada 1985. Rosman, misalnya. Lelaki berusia 60 tahun tersebut masih ingat peristiwa bersejarah pada 28 tahun lalu itu. ”Lanun (perampok) dari Filipina datang, kami khawatirkan itu,” tuturnya. Pada 25 September 1985 perampok bersenjata asal Filipina Selatan masuk dan hampir menguasai kota. ”Kelompok ini memang ahli menyusup, ahli menyamar, dan menyerang mendadak,” ujar LO Polri Konsulat Tawau Kompol Fibri Karpiananto yang sempat menemui Jawa Pos di Lahad Datu. Pada 25 September itu gerombolan bersenjata bahkan menyerang langsung Kota Lahad Datu, menyerbu kantor polisi, dan merampok bank. Kontak tembak saat itu memakan korban 11 warga sipil dan 26 militan tewas. ”Jadi, sangat wajar kalau pemerintah Malaysia memberlakukan daerah Lahad Datu sekarang sebagai special security area,” katanya. Karena kota ditetapkan sebagai kawasan keamanan khusus, penjagaan lebih ketat lagi. Seluruh toko diminta tutup maksimal pukul 6 sore. Di tiap lokasi strategis pasti ada petugas bersenjata lengkap. ”Justru kota lebih berbahaya jika diserang mendadak. Kalau di Kampung Tanduo posisi mereka sudah dikepung ribuan tentara, susah bergerak,” ujarnya. (rdl/c10/oki)

Tags :
Kategori :

Terkait