Pemerintah Terima Bantuan dari Luar Negeri untuk Palu-Donggala

Selasa 02-10-2018,14:00 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

JAKARTA-Pemerintah Indonesia akhirnya menyatakan siap menerima bantuan dari negara lain. Hingga Senin malam (1/10), sudah ada 17 negara yang menyalurkan bantuan ke Indonesia. Yakni Turki, Amerika Serikat, Prancis, Ceko, Swiss, Norwegia, Hungaria, Australia, Korea Selatan, Arab Saudi, Qatar, Selandia Baru, Singapura, Thailand, Jepang, India, dan Tiongkok. Bantuan juga datang dari Uni Eropa, ASEAN, dan UNDP. Menko Polhukam Wiranto mengungkapkan, ada bantuan dari negara lain karena hubungan baik dengan Indonesia. Tapi, pemerintah belum berinisiatif untuk menaikkan status gempa dan tsunami yang meluluhlantakkan Donggala-Palu sebagai bencana nasional. Alasannya, kinerja pemda masih berfungsi. “Bencana nasional itu dinyatakan pada saat daerah tak berfungsi seperti Aceh dahulu. Ini gubernur masih sehat, kantornya masih ada, pegawainya masih ada. Cuma shock sebentar,” kata Wiranto petang kemarin. Dia menuturkan, pemda telah berfungsi meski lebih fokus untuk penanganan korban. Menurut dia, bentuk bantuan saat ini difokuskan untuk tanggap darurat yang dibutuhkan langsung oleh warga. Di antaranya, pesawat angkut yang bisa mendarat di landasan pacu 2.000 meter seperti C-130 Hercules dan Boeing 737 seri 400-500, tenda, water treatment untuk pengolahan air bersih, dan genset. Sedangkan kebutuhan medis berupa rumah sakit lapangan, tenaga medis, dan fogging untuk menghindari potensi penyebaran wabah penyakit karena mayat lambat dikubur. “Wakil menteri luar negeri sedang mengumpulkan para duta besar negara donor atau yang sudah menyiapkan, menawarkan untuk membantu,” imbuh Wiranto. Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, skema bantuan internasional kali ini berbeda dengan bencana tsunami di Aceh 2006. Saat bencana di Aceh itu, pemerintah tidak bisa mengetahui detail jenis bantuan dari 117 negara donor. Sutopo menuturkan, ada tiga kriteria yang ditetapkan pemerintah untuk bantuan internasional. Selain selektif, bantuan yang diberikan harus dari negara yang sudah menyatakan siap membantu ke Indonesia. “Kemudian, negara yang membantu harus dari negara yang memiliki kapabilitas,” kata dia. Ia mengungkapkan, beberapa negara telah menyebutkan jumlah dana yang disiapkan. Misalnya, Korea Selatan menyiapkan USD 1 juta atau sekitar Rp14,9 miliar. Lalu, Uni Eropa membantu Rp25 miliar. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir menuturkan, sejak hari pertama musibah, banyak negara sahabat yang menyampaikan simpati, doa, sekaligus kesiapan memberikan bantuan. Namun, pemerintah sampai saat ini masih melakukan inventarisasi bantuan apa saja yang benar-benar dibutuhkan. Selain dari negara sahabat, bantuan internasional bisa datang dari lembaga donor. “Nantinya pemerintah Indonesia bekerja sama dengan AHA Center (The ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian Assistance on Disaster Management) atau UNDP (United Nations Development Programme),” ujar Arrmanatha. Sementara itu, upaya untuk menghimpun bantuan juga dilakukan di dalam negeri. Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo mengaku telah mengirimkan radiogram ke daerah. Isinya, mempersilakan pemda untuk membantu meringankan beban korban gempa-tsunami melalui Pemprov Sulteng. “Sekalian sebagai payung hukum pemberian bantuan,” ujarnya di istana kepresidenan kemarin. Terkait bantuannya, pemerintah pusat tidak memaksa, tapi sesuai kemampuan keuangan pemda. Setiap daerah menganggarkan pos tanggap darurat tiap tahun sehingga bisa disumbangkan. Namun, jika pemda tak punya uang, bantuan dalam bentuk lain pun bisa diberikan. “Yang punya tenda kirim, punya makanan kirim, untuk bisa bantu teman-teman kita. Sama seperti apa yang saya lakukan di Lombok itu,” imbuhnya. Politikus PDIP itu menuturkan, respons daerah cukup positif. Bahkan, beberapa daerah sudah mulai memberangkatkan bantuannya. Di antaranya, Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Jogjakarta, dan Jawa Timur. Bantuan dari swasta juga berdatangan untuk korban. Misalnya, Yayasan Haji Kalla (YHK) yang menghimpun bantuan di Jakarta dan Makassar. Dari Jakarta, mereka membawa bantuan logistik dengan satu kapal ro-ro KM Aishakamilah yang diberangkatkan menuju Palu melewati Makassar. Ketua YHK Fatimah Kalla menuturkan, bantuan juga datang dari masyarakat yang menitipkan untuk diberangkatkan bersama dengan kapal itu. “Sebentar malam ini (tadi malam, red) berangkat. Apa saja orang dari kita orang lain mau nitip juga kita terima. Satu kapal ro-ro yang singgah di Makassar dulu,” ujar Fatimah yang juga Preskom Kalla Group itu. Bantuan tersebut berupa keperluan aneka logistik dan tenda. Dia mengungkapkan, Sabtu (29/9) bantuan dari Kalla Group juga sudah bisa tembus ke Palu melalui jalur darat dan menggunakan pesawat Hercules. Bantuan yang berasal dari Poso dan Mamuju berupa bahan makanan pokok, baju, tikar, senter, dan sebagainya, termasuk peralatan cuci muka. “Makanan pokok pun awal-awalnya drop dari Makassar via Hercules. Tapi, saat ini (bantuan) dijarah di makorem,” ujar dia. Fatimah bisa memaklumi aksi itu lantaran pengungsi memang sedang butuh bantuan segera. “Masya Allah 5 ribu paket makanan. Ayam goreng, telur asin, roti, semua diambil. Mungkin (mereka) kelaparan,” jelas dia. Juga, didirikan dapur umum di Jalan Juanda. Sementara itu, alat berat akan didatangkan dari proyek mereka di Poso. (gus/jun/wan/far/c10/agm)

Tags :
Kategori :

Terkait