Sengaja Ditimbun di Pelabuhan

Sabtu 16-03-2013,09:25 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

SBY Meradang Harga Bawang Mahal SURABAYA - Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mencium indikasi adanya kartel importer yang membuat harga bawang putih melonjak tinggi. Modus pemasok bawang putih dari mancanegara tersebut mirip dengan kasus impor daging sapi yang terjadi awal tahun ini. Wakil Ketua KPPU Saidah Sakwan mengatakan, kenaikan harga bawang putih terjadi menjelang wacana pembatasan impor komoditas tersebut berembus. \"Ini sama dengan kenaikan harga daging,\" katanya saat menggelar inspeksi mendadak (sidak) di Terminal Petikemas Surabaya (TPS), kemarin (15/3). Pemerintah membatasi impor sejumlah komoditas pangan sejak Januari dan berlaku hingga Juni mendatang. Kebijakan yang sejatinya ditujukan untuk melindungi petani tersebut, diawali dengan pembatasan impor 13 komoditas hortikultura, termasuk kentang, wortel, cabai, dan bawang. Menurut Saidah, importer mulai mengambil keuntungan berlebih sejak pembatasan impor mulai direncanakan. \"Ketika kebijakan sudah berjalan, pasokan (di pasar) tiba-tiba menipis,\" terangnya. Dengan menipisnya pasokan, harga bawang putih di beberapa daerah sempat menembus Rp100 ribu per kilogram. Menurut Saidah, KPPU bakal fokus mencari solusi agar tersendatnya pasokan bawang bisa diatasi. KPPU sudah memastikan bawang putih impor tersebut sengaja ditimbun. Saidah telah memastikan ke pihak operator pelabuhan tentang 110 kontainer yang tertahan tersebut sudah tidak memiliki masalah administrasi. Peti kemas tersebut sudah dilengkapi Rekomendasi Persetujuan Impor Hortikultura (RIPH) dari kementerian pertanian dan Surat Persetujuan Impor (SPI) dari kementrian perdagangan. Namun, pemilik muatan sengaja belum mengeluarkan peti kemas dari pelabuhan. Dalam sidak kemarin, Tim penyelidik KPPU kemarin belum bisa memeriksa isi peti kemas reefer (kontainer berpendingin). \"Yang jelas kami sudah bisa melihat bahwa di lapangan penumpukan kontainer reefer sangat penuh. Ini nantinya akan menjadi bahan pertimbangan kami sewaktu kembali dan menghadap pihak-pihak terkait,\" katanya. Mengenai data importer nakal, Saidah mengaku belum mengantongi daftarnya. \"Menurut informasi, data tersebut ada di pihak Bea dan Cukai. Jadi, kami berencana untuk melapor ke menteri perdagangan sekaligus meminta data kepada Dirjen Bea dan Cukai,\" ujar Saidah. Ia berharap Selasa depan sudah bisa memanggil para importer nakal. Selain itu, KPPU bakal meminta sejumlah instansi pengatur impor untuk menyederhanakan perizinan. Otoritas pengawas persaingan bisnis tersebut juga meminta kebijakan pembatasan impor untuk komoditas penting bisa dilakukan dengan lebih hati-hati. \"Kami juga akan berdiskusi dengan kementerian terkait tentang kebijakan itu,\" katanya. Terpisah, Kepala Seksi Penyuluhan dan Layanan Informasi Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Jawa Timur I Mochammad Munif mengaku tak memegang data importer. Menurut dia, data tersebut seharusnya ada pada pihak operator pelabuhan. \"Kami bahkan baru tahu angka peti kemas yang berisi bawang dari pihak TPS. Sebab, Kami baru tahu jika ada orang yang mengurus Surat Perintah Pengeluaran Barang (SPPB, red),\" ungkapnya. Ketua KPPU M. Nawir Messi meminta aparat kepolisian segera menindak importer yang sengaja menimbun bawang putih. Jika para importer tersebut sengaja merusak pasar, sudah masuk ranah pidana. Kami minta Polda Jatim bisa turun tangan menyelidiki dugaan penimbunan bawang putih,\" ungkap Messi saat bertemu dengan Wagub Jatim Saifullah Yusuf di kantor Gubernur Jatim kemarin. Menurut Messi, kontainer-kontainer yang tertahan di TPS sudah clean alias tidak ada masalah kepabeanan sejal awal tahun. \"Kontainer tersebut clean sejak Januari dan Februari lalu. Ini ada apa,\" cetusnya. KPPU juga mengancam sanksi denda kepada importer yang sengaja menimbun bawang putih. Jika bawang putih tersebut tak segera dibongkar, kata Messi, importer bisa dikenai denda minimal Rp1 hingga Rp25 miliar. Wagub Jatim Saifullah Yusuf mendukung aparat penegak hukum turun tangan melakukan penyelidikan dan menindak tegas importer nakal. \"Kalau sudah menyangkut tindak pidana, berarti sudah masuk ranah hukum. Kami serahkan kepada kepolisian atau kejaksaan,\" ujarnya. Selain yang diduga ditimbun importer, di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya saat ini terdapat 332 kontainer berisi bawang putih yang tertahan karena masalah administratif. Kementrian Perdagangan (Kemendag) bakal melepas kontainer-kontainer tersebut. Dirjen Perdagangan Luar Negeri Bachrul Chairi menegaskan kontainer tersebut tidak akan direekspor atau dikembalikan ke negara asal. \"Mungkin bukan direekspor, sudah ada arahan agar barang-barang itu bisa dibantu penyelesaiannya,\" terangnya setelah melakukan sidak gudang bawang putih milik PT Tunas Sumber Rejeki di Jakarta, kemarin. Bachrul menerangkan 332 kontainer tersebut milik dari 11 perusahaan importer terdaftar. Kontainer-kontainer tersebut sudah dilengkapi SPI, namun datang ke pelabuhan sebelum lisensi dari Kemendag tersebut terbit. \"Para importer mendatangkan barang sembari mengurus SPI. Padahal menurut aturan tidak boleh demikian,\" ucapnya. Karena dokumen sudah lengkap, ia berharap kontainer bisa segera dilepaskan. Sehingga, pasokan bawang putih yang saat ini sedang menipis bisa terisi. Selain itu, saat Kemendag telah menerbitkan SPI yang mengizinkan 84 persen dari total alokasi bawang putih pada paro pertama tahun ini. \"Ia memprediksi dalam waktu hingga dua minggu ke depan, 135 ribu ton bawang putih impor itu akan tiba di Indonesia. Peneliti sekaligus Ketua Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi IPB Nunung Nuryartono mengatakan kenaikan harga bawang putih tidak disebabkan siklus tahunan. Meski di pasaran mahal, harga bawang putih di tingkat petani masih sangat murah. Petani bawang hanya menikmati harga Rp5.000 per kilogram. \"Dari analisis lapangan yang kami lakukan, para petani tidak mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga bawang merah dan putih ini,\" katanya. Sementara itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terus mengawal persoalan meroketnya harga bawang. SBY mengakui dirinya sempat meradang karena persoalan kenaikan harga tersebut tidak ditangani dengan cepat. SBY pun menegur kedua menteri terkait. Namun, berdasarkan laporan menteri-menteri tersebut, sudah ditemukan solusi untuk menstabilkan harga bawang. \"Saya memang marah kemarin karena bawang merah dan putih ini berhari-hari kurang cepat (penyelesaiannya, red), kurang konklusif, kurang nyata. Tapi mereka bekerja tadi malam. Dan tadi pagi (kemarin pagi, red) dilaporkan kepada saya, Insya Allah ada solusi yang cepat, sehingga harga itu (bawang, red) jadi lebih stabil,\" jelasnya di Kantor Presiden, kemarin. SBY menuturkan, pihaknya sudah memperoleh penjelasan secara mendetail terkait asal-muasal terjadinya kenaikan harga bawang. Menurut dia, melambungnya harga bawang disebabkan tertahannya pasokan bawang impor di pelabuhan. Kendala teknis di pelabuhan tersebut lantas menimbulkan kelangkaan bawang di pasaran yang akhirnya memicu lonjakan harga. Karena itu, SBY segera menginstruksikan agar pasokan bawang yang tertahan tersebut segera didistribusikan ke pasar-pasar. \"Memang terjadi miss-matched. Bawangnya sudah ada di pelabuhan, rupanya ada keterlambatan di Kementan, tidak klop dengan Kemendag, jadi tidak segera dialirkan. Saya perintahkan alirkan, kalau bisa hari ini, hari ini, besok, besok. Mudah-mudahan bisa segera dialirkan, kita masukkan market, sehingga supply dan demand berubah dengan bagus,\" urainya. (bil/kit/uma/wan/sof/ken/nw)

Tags :
Kategori :

Terkait