Warga Berebut Air Cucian Benda Pusaka Kerajaan Talaga Manggung

Selasa 23-10-2018,22:02 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

Ribuan masyarakat dari berbagai pelosok Kabupaten Majalengka dan daerah lain di Jawa Barat ikut menyaksikan prosesi upacara ritual Nyiramkeun (memandikan) benda-benda pusaka peninggalan Kerajaan Talaga Manggung, Senin (22/10). Acara ini sudah turun temurun dilakukan keturunan kerajaan. Bahkan, racara ritual Nyiramkeun sudah menjadi agenda tahunan. ­­­­­­­­­­­­­­­­_________________________ KEGIATAN diawali dengan kirab benda-benda pusaka peninggalan kerajaan. Kirab ini juga menampilkan seorang putri keturunan dari keluarga Kerajaan Talaga Manggung yang naik di atas kereta kencana. Rombongan kirab itu dikawal balatentara pasukan kerajaan yang meggarak di sepanjang jalan Kecamatan Talaga. Usai mengarak benda-benda pusaka, rombongan kembali memasuki halaman Museum Talaga Manggung untuk melaksanakan upacara ritual Nyiramkeun benda-benda pusaka peninggalan Kerajaan Talagamanggung, dengan diawali mengumpulkan 9 sumber mata air yang berada di sekitar kawasan kerajaan. Salah seorang keturunan keluarga Kerajaan Talagamanggung, Rd Teten menuturkan, upacara Nyiramkeun benda-benda pusaka tersebut merupakan salah satu adat istiadat yang sudah biasa dilaksanakan secara turun-temurun sejak ratusan tahun lalu. “Kegiatan ini tujuannya sebagai salahsatu upaya untuk melestarikan nilai seni dan budaya peninggalan para leluhur yang harus tetap terjaga dan terawat dengan baik. Sebab, keberadaan benda-benda pusaka peninggalan kerajaan yang tersimpan di dalam museum Talaga Manggung itu memiliki nilai historis yang sangat tinggi yang perlu kita lestarikan,” bebernya. Sehingga, kata Teten, kelak di kemudian hari nanti bisa diketahui anak cucu dan generasi akan datang akan mengetahui dan bisa terus melanjutkan melestarikan keberadaan benda-benda pusaka peninggalan Kerajaan Talaga Manggung. Dia mengungkapkan, air yang digunakan untuk memandikan benda-benda pusaka merupakan air suci yang dibawa menggunakan bambu kuning. Air diambil dari mata air Gunung Bitung, Situ Sangiang, Cikuray, Wanaperih, Lemahabang, Rengasari, Cicamas, dan Nunuk. Orang yang bertugas untuk mengambil air suci  tersebut juga bukan orang sembarangan. Melainkan para kuncen atau juru kunci dari masing-masing tempat mata air. “Air-air tersebut disatukan dalam satu tempat khusus yang telah dicampur dengan bunga-bunga segar yang wangi. Setelah dilakukan pembacaan doa secara agama Islam oleh sesepuh, barulah dilakukan upacara Nyiramkeun benda-benda pusaka peninggalan Kerajaan Talaga Manggung,” ujarnya. Diungkapkannya, Nyiramkeun juga merupakan kegiatan membersihkan artefak peninggalan Kerajaan Talaga Manggung, di antaranya Patung Sumbar Kancana dan Patung Raden Panglurah yang merupakan simbol anak Raja Talaga Manggung. “Kemudian, mencuci gong renteng, tumpak, pedang, keris, dan mariam dengan air tumbukan bunga mayang yang disimpan dalam bejana besar, dengan tujuan agar benda-benda pusaka peninggalan Kerajaan Talaga Manggung itu bisa mampu bertahan lama,” bebernya sambil mengatakan jika pencucian ini dilaksanakan setahun sekali setiap hari Senin tanggal welasan. Bahkan, sebagian ebagian orang berpendapat air bekas Nyiramkeun benda-benda pusaka peninggalan Kerajaan Talaga Manggung itu dianggap keramat. Maka air bekas Nyiramkeun itu menjadi rebutan warga yang menyaksikan acara. Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Kabupaten Majalengka Gatot Sulaeman yang ikut hadir dalam acara tersebut mengatakan, kegiatan Nyiramkeun  merupakan objek kemajuan kebudayaan. Selain itu merupakan salah satu tradisi adat istiadat. “Ritus merupakan kemasan dari kebudayaan, yang sudah barang tentu pemerintah daerah berkewajiban untuk melindungi, mengembangkan, memanfaatkan dan membina kebudayaan-kebudayaan yang ada di Kabupaten Majalengka,” ujarnya. Oleh karena itu, Disparbud selama ini terus berkolaborasi dengan pihak Yayasan Talaga Manggung, Pemerintah Kecamatan Talaga, tokoh kebudayaan Majalengka dan dewan seni kebudayaan, untuk melestarikan acara Nyiramkeun. Sehingga bisa disambungkan dengan objek wisata yang ada di Kabupaten Majalengka. “Acara Nyiramkeun seperti ini diharapkan akan menjadi salahsatu daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang datang ke Kecamatan Talaga. Dan dari tahun ke tahun acaranya telah kita sempurnakan,” ujarnya. Bahkan, sambungnya, sebelum dilaksanakan upacara Nyiramkeun kegiatannya diisi dengan pasanggiri pencak silat yang bekerja sama dengan Paguyuban Pencak Silat Indonesia (PPSI). “Yang terpenting diharapkan agar benda-benda pusaka peninggalan kerajaan yang tersimpan di musem Talaga Manggung ini tetap bisa kita lestarikan,” pungkasnya. (har)

Tags :
Kategori :

Terkait