Daya Beli Telur Turun karena Fluktuasi Harga

Jumat 02-11-2018,17:00 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

CIREBON-Biaya pakan ternak terpengaruh penguatan nilai tukar Dolar Amerika Serikat (USD). Di tengah kondisi tersebut, harga jual daging dan telur ayam ras kerap berfluktuasi. Masalahnya, kebutuhan masyarakat terhadap dua komoditi ini juga cukup tinggi. Kepala Pasar Jagastru Sugandi menuturkan, dalam satu terkahir harga telur ayam ras rata-rata dijual Rp28 ribu/kilogram. Dalam kondisi normal, telur ayam negeri hanya dijual Rp22-24 ribu/kilogram. “Kalau pasokan kita aman. Tapi ada faktor-faktor lain yang menyebabkan ini bisa naik,” ujar Sugandi. Memasuki pekan pertama November, telur ayam ras memang menunjukkan tren menurun. Meski secara konsumsi juga tidak ada pengaruhnya. Sedangkan untuk daging ayam ras, sempat menyentuh Rp35 ribu/kg. Namun beberapa hari terakhir kembali normal di harga Rp30-32 ribu/kg. \"Seminggu lalu naik, sekarang harganya sudah mulai turun,\"  jelasnya. Setelah Idul Fitri hingga saat ini, harga daging ayam memang belum menyentuh level normal di harga Rp27-29 ribu/kilogram. Apa penyebab fluktuasi dua komoditi ini? Sejumlah pedagang yang ditemui menyebutkan perubahan harga sudah terjadi dari level peternak. Pedagang yang mendapatkan pasokan dari distributor hanya mencari selisih sepantasnya untuk sekadar dapat untung. \"Dari distributornya harga naik, ya kita pedagang ikut naik,” kata salah satu pedagang telur, Jamal. Kenaikan harga ini diakui dia mulai berdampak pada daya beli masyarakat. Biasanya Jamal dapat menjual 45 kg telur dalam sehari. Sejak harga naik pembeli menurun. Dalam sehari tak sampai 15 kg terjual. Meski harganya terus berfluktuasi, namun secara umum konsumsinya masih baik. Berdasarkan data Dinas Pangan Pertanian Kelautan dan Perikanan (DPPKP), konsumsi telur dan daging ayam ras di Kota Cirebon sudah merata. Hal ini dikarenakan sebagai bahan makanan sumber protein dibandingkan daging sapi daging ayam dan telur ayam ras harganya jauh lebih terjangkau. Sejauh ini, pemenuhan kebutuhan sumber protein ini masih didatangkan dari daerah tetangga. Kota Cirebon memang tidak memiliki peternakan sendiri. Kalaupun ada, hanya beberapa tempat pemotongan hewan yang tersebar di lima kecamatan. Kepala Bidang Pertanian dan Peternakan DPPKP Herry Renaldi SPT menyebutkan, kebutuhan telur di Kota Cirebon dipasok dari Kabupaten Kuningan dan Blitar. Sedangkan daging ayam dikirim dari peternak Kuningan, Ciamis, Tegal dan Brebes. Dari data jumlah produksi Kota Cirebon dibandingkan dengan kebutuhan sampai dengan bulan Oktober, produksi daging ayam ras mencapai 844.243 kg. Sedangkan kebutuhan per hari hingga mencapai 2.744.899 kg. Sedangkan untuk telur ayam ras produksi di Kota Cirebon sebanyak 16.080 kg dan kebutuhan perhari sebanyak 11.651.010,37. Herry menyebutkan, data tersebut didapatkan berdasarkan data nasional yang di-breakdown kembali untuk kebutuhan dalam satu tahun. Kemudian disesuaikan dengan jumlah populasi penduduk. Lanjutnya, dalam fenomena fluktuasi harga telur dan daging ayam ras merupakan pengaruh dari harga produksi yang semakin tinggi. Menurut pantauannya DPPKP, harga pakan ternak menjadi penyebab tingginya biaya produksi. \"Ongkos produksi naik, jadi peternak menaikkan harga,” katanya. Dalam kondisi harga daging dan telur ayam yang berfluktuatif, Herry menyarankan masyarakat memilih alternatif lain. Terutama bahan makanan pelengkap protein yakni pada ikan. Ikan menjadi salah satu sumber protein hewani yang baik pula untuk dikonsumsi. (apr)

Tags :
Kategori :

Terkait