Surplus, Pemerintah Tetap Impor 100 Ribu Ton Jagung

Senin 05-11-2018,13:00 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

JAKARTA-Pemerintah lewat Kementerian Pertanian (Kementan) akan kembali melakukan impor jagung maksimum 100.000 ton lewat Perum Bulog. Langkah impor dilakukan berdasarkan hasil rapat koordinasi antarkementerian. Sekretaris Jenderal Kementan Syukur Iwantoro mengatakan, produksi jagung tahun 2018 mengalami surplus. Bahkan, telah beberapa kali melakukan ekspor ke negara-negara tetangga seperti Filipina dan Malaysia. “Berdasarkan data Direktorat Jenderal Tanaman Pangan (Ditjen TP) Kementan, produksi jagung dalam 5 tahun terakhir meningkat rata-rata 12,49% per tahun. Itu artinya, 2018 produksi jagung diperkirakan mencapai 30 juta ton pipilan kering (PK). Hal ini juga didukung data luas panen per tahun yang rata-rata meningkat 11,06%, dan produktivitas rata-rata meningkat 1,42% (BPS,2018),” kata Syukur saat konferensi pers di Gedung A Kementerian Pertanian, Sabtu (3/11). Dijelaskan Syukur, produksi jagung terbesar ada di Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Gorontolo, Lampung, dan provinsi lainnya. Ketersediaan produksi jagung November 2018 sebesar 1,51 juta ton dengan luas panen 282.381 hektare. Sementara Desember 1,53 juta ton dengan luas panen 285.993 hektare. Sementara itu, berdasarkan data Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementan, kebutuhan jagung tahun ini diperkirakan sebesar 15,5 juta ton PK, yang terdiri dari pakan ternak sebesar 7,76 juta ton PK, peternak mandiri 2,52 juta ton PK, untuk benih 120 ribu ton PK, dan industri pangan 4,76 juta ton PK. “Artinya Indonesia masih surplus sebesar 12,98 juta ton PK, dan bahkan Indonesia telah ekspor jagung ke Filipina dan Malaysia sebanyak 372.990 ton,” jelasnya. Dikatakan Syukur, secara umum produksi jagung nasional saat ini sangat baik. Di wilayah Indonesia Barat panen terjadi pada Januari-Maret, atau mencakup 37% dari produksi nasional. Sedang di wilayah Indonesia Timur, panen cenderung mulai April-Mei. “Sentra produksi jagung tersebar yang di 10 Provinsi yakni, Jatim, Jateng, Sulsel, Lampung, Sumut, NTB Jabar, Gorontalo, Sulut, dan Sumbar. Total produksinya sudah mencapai 24,24 juta ton PK. Artinya 83,8% produksi jagung berada di provinsi sentra tersebut berjalan dengan baik,” ujarnya. Lebih lanjut, dikatakan Syukur, langkah impor jagung dilakukan berdasarkan hasil rapat koordinasi antarkementerian dengan mempertimbangkan situasional saat ini.  Meski melakukan impor, kata Syukur, pemerintah tetap memfokuskan pada peningkatan jagung dalam negeri. “Kan impor itu diputuskan di rapat koordinasi antarkementerian. Kenapa harus di situ? Karena di situ akan mempertimbangkan situasional. Bagi Kementerian Pertanian, fokus kami bagaimana meningkatkan produksi, meningkatkan mutu produksi sekaligus bagaimana petani yang menanam itu sejahtera,” tutup Syukur. (rba/fin)

Tags :
Kategori :

Terkait