BPBD Cirebon Sebut Kemarau Terparah 5 Tahun Terakhir

Selasa 06-11-2018,11:31 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

CIREBON – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mengakui hingga saat ini, masih banyak daerah di Kabupaten Cirebon yang mengalami kekeringan. Kemarau tahun ini, merupakan kekeringan terparah selama lima tahun terakhir. \"Iya saat ini belum efektif hujannya. Dan masih banyak daerah yang mengalami kekeringan,\" tutur Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Cirebon, Eman Sulaeman kepada Radar Cirebon, kemarin. Eman mengungkapkan, tahun ini merupakan kemarau terparah sepanjang lima tahun terakhir. Karena 2018 ini, kemaraunya cukup panjang. Kalau dihitung, sudah 166 hari tanpa hujan. Jika kemarau di atas 140 hari tanpa hujan, sudah termasuk kategori parah. Dia menjelaskan, musim hujan kembali mundur dari yang diperkirakan pada pertengahan hingga akhir Oktober. Tapi kenyataannya, hingga saat ini belum juga terjadi hujan. \"Hujan diprediksi akan mundur dan efektif mengguyur Kabupaten Cirebon secara umum diprediksi pada minggu kedua bulan November,\" tuturnya. Saat ini, pihaknya sudah menyalurkan air bersih kepada 18.174 kepala keluarga di Kabupaten Cirebon selama musim kemarau. \"Kita sudah salurkan air bersih kepada 24 desa 13 kecamatan selama kemarau ini,\" ungkapnya. Ada tiga desa yang paling parah mengalami kekeringan, sehingga masih terus dikirim bantuan air bersih. Tiga desa yang dimaksud adalah Kreyo Kecamatan Klangenan, Cilukrak Kecamatan Palimanan dan Sampiran Kecamatan Talun. “Kita kirim air bersih kepada tiga desa tersebut seminggu dua kali. Dan sudah hampir dua bulan ini,\" ucapnya. Sebelumnya, warga Blok Desa, Desa Cempaka, Kecamatan Plumbon juga mengeluhkan sulitnya air bersih. Pasalnya, sudah hampir tiga bulan ini, mereka melakukan kegiatan Mandi Cuci Kakus (MCK) di Sungai Soka. Karena sumur-sumur warga sudah mengering, tidak ada air. Saat pagi, tepatnya usai subuh serta sore hari, Sungai Soka dipenuhi warga untuk melakukan berbagai aktivitas MCK. Mulai dari mencuci pakaian, piring, sampai buang air besar. Salah seorang warga bernama Samiri kepada Radar mengatakan, dirinya sudah hampir tiga bulan mencuci dan buang air besar di Sungai Soka. Karena air sumur di rumahnya sudah lama mengering. “Bukan saya saja. Kalau pagi habis subuh dan sore seperti sekarang itu ramai. Banyak warga yang mencuci pakaian dan mandi,” ujarnya sembari menyampaikan kalau air untuk kebutuhan memasak dan minum, dirinya terpaksa membeli air galon. (den)

Tags :
Kategori :

Terkait