Bonggol Pisang Dibikin Abon, Hera Dapat Penghargaan dari Gubernur

Rabu 07-11-2018,16:30 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

CIREBON-Ide dapat berasal dari mana saja. Tak jarang dari lingkungan terdekat. Juga masalah yang ada di sekelilingnya. Hera Wijaya (24) membuktikan ini. Dari pemikiran sederhana yang diwujudkan. Jadilah sesuatu yang berguna. Berbahan bonggol pisang. Hera lahir di Desa Pringcala, Kecamatan Karangampel, Kabupaten Indramayu. Dengan masalah kependudukan cukup kompleks. Juga kesejahteraan masyarakat yang umumnya di bawah garis kemiskinan. Idenya adalah, berkegiatan sosial nan produktif. Sehingga bisa memberdayakan masyarakat. Sekali waktu ia tertarik dengan banyaknya pohon pisang di sekitar tempat tinggalnya. Mayoritas warga di kampungnya, hanya memanfaatkan pohon pisang di bagian daun, buah dan pelepahnya. Kemudian pohonnya ditebang bila sudah tidak produktif. Ada satu bagian yang kerap tertinggal, yakni bonggolnya. “Waktu itu kepikiran. Dibikin apa ya bonggol pisang? Karena memang sepertinya tidak bisa dimanfaatkan,” ujar Hera kepada Radar Cirebon. Pemikiran itu seolah buntu. Terbawa lenyap bersama aktivitasnya sebagai mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC). Sampai satu ketika terjadi hujan lebat dan banjir di kampungnya. Banyak warga yang menebang batang pohon pisang untuk menambal tanggul sungai. Sementara bonggolnya lagi-lagi ditinggal. Beberapa hari setelah itu, bonggol pisang banyak yang membusuk. Menyebarkan bau tidak sedap. “Ternyata kan bau sekali kalau bonggol itu busuk,” tuturnya. Ia kembali berpikir keras. Agar bonggol pisang tak jadi limbah. Kemudian teringat semasa kecil saat ia diceritakan oleh sang nenek bahwa bonggol pisang sebetulnya bisa dimakan. Dari situ terpikir bahwa bagian ini harus diolah. Jadi makanan yang lebih modern. Sehingga bisa dikonsumsi masyarakat banyak. “Tiba-tiba yang kepikiran abon bongol pisang. Ya dicoba saja dibuat,” ucapnya. Tak mudah untuk membuat abon yang satu ini. Kadar air bonggol pisang cukup tinggi. Kemudian ada getah yang harus dibersihkan terlebih dahulu. Proses ini dilalui dengan sejumlah percobaan. Yang tak jarang berujung kegagalan. “Kadar air ini bikin abonnya cepat basi. Ya terus cari cara supaya tahan lama,” katanya. Sampai akhirnya dicoba campuran kapur sirih sebelum bonggol diolah. Kemudian mesin press yang sederhana untuk menghilangkan kadar airnya. Hasilnya terus membaik. Abon bonggol pisang bisa dinikmati. Cita rasanya nikmat. Tak berhenti di situ, Hera melakukan uji lab di kampus. Hasilnya baik. Bisa dikonsumsi, dan sudah ada label halalnya. Di tahun 2014, produk abon bongol pisang yang ia namai Abopink juga mendapatkan penghargaan The Best Innovative and Creative Entrepreneur dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Buah hasil kerjanya terus berlanjut. Hera baru-baru ini meraih penghargaan di Event Astra Start Up Challenge, dengan kategori kepemudaan, dan pemuda. Penghargaan ini diberikan langsung oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil di Pendopo Gedung Sate, Senin (29/10). Penghargaan ini adalah apresiasi kewirausahaan pemuda. Ini semua ia dapatkan karena bisa menciptakan dari bongol pisang, yang selama ini dianggap limbah. Kemudian mampu memberdayakan pemuda putus sekolah di daerahnya. “Sekarang ada enam pemuda putus sekolah. Mereka saya rekrut jadi karyawan,\" ungkap Hera. Bukan hanya itu, setiap satu pekan sekali, ia juga memberikan pelatihan pada pemuda putus sekolah di sekitar desa nya untuk membuat olahan bonggol pisang. Dia juga kerap mengundang mahasiswa yang berasal dari desa tersbeut dan kuliah di luar kota. Mulai dari pelatihan komputer hingga bahasa Inggris. Ia berharap pemuda putus sekolah ini nantinya bisa memiliki penghidupan yang lebih baik. Sementara untuk memperluas jangkauan pasar, ia meluncurkan website; www.abopink.com. Juga terus menginovasi produknya agar memiliki daya tarik. Terutama dari segi pengemasan. Urusan website ini memang jadi bidang sesungguhnya yang didalami Hera. Mengingat ia adalah mahasiswa teknologi informasi. “Saya sering di-bully. Anak IT kok ngurusin bonggol pisang,” selorohnya. (apr)

Tags :
Kategori :

Terkait