Sekolah Inklusif, Berbaurnya Siswa Normal dan Berkebutuhan Khusus

Sabtu 17-11-2018,09:30 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

CIREBON-Tidak sedikit orang tua siswa berkebutuhan khusus yang enggan memasukan anaknya ke Sekolah Luar Biasa (SLB). Selain meyakini sang anak bisa mengikuti pelajaran di sekolah reguler, banyak orang tua menganggap, menimba ilmu di sekolah biasa dan bergaul dengan para siswa normal, akan berdampak positif kepada sang anak. Di situlah pentingnya program sekolah inklusif. Perpaduan siswa normal dengan anak berkebutuhan khusus (ABK). Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat menetapkan Kabupaten Cirebon sebagai pilot project program sekolah inklusif. Ada tiga lokasi SD Negeri yang dipilih. Yakni SDN Kaliwedi, SDN Gunungjati, serta SDN 2 Weru Kidul. Terkait program sekolah inklusif itu, belum lama ini Komisi IV DPRD Kabupaten Cirebon melakukan kunjungan kerja ke tiga lokasi sasaran program. Kepada Radar Cirebon, Anggota Komisi IV DPRD Kabupaten Cirebon H Zaenal Arifin Waud mengatakan, dari tiga SD yang ditinjau, ternyata hingga saat ini yang masih berjalan hanya di SDN 2 Weru Kidul. Menurut Zaenal, sekolah inklusif adalah sebuah fakta nyata yang perlu diketahui masyarakat, akan keberadaan anak berkebutuhan khusus dengan tingkat disabilitas yang tidak 100 persen. \"Sekolah inklusif ini merupakan keinginan orang tua untuk menitipkan mereka di sekolah umum atau bersama dengan anak normal lainnya,\" ujar Zaenal kepada Radar Cirebon. Namun tegas Zaenal, pihaknya menyayangkan sikap Pemerintah Daerah Kabupaten Cirebon yang menganggap sekolah inklusif hanya biasa. Sehingga perlakuan yang diterapkan tidak lebih spesifik. \"Hal ini harus menjadi perhatian serius pemda. Apalagi, sejumlah pengajar yang sudah mendapatkan pelatihan Pendidikan Luar Biasa (PLB) di sekolah inklusif banyak terkena mutasi,\" katanya. Padahal, tambah Zaenal, sebelumnya para guru tersebut telah mendapatkan pembekalan dan pelatihan mengenai pembelajaran anak berkebutuhan khusus. Selain itu, sekolah inklusif harus didukung dengan jumlah guru dan sarana prasarana yang memadai, demi pengembangan belajar anak semakin baik. \"Jumlah anak disabilitas yang bersekolah di formal cukup banyak. Di antaranya 20 anak berkebutuhan khusus ada di SDN 2 Weru Kidul. Ini harus menjadi perhatian Pemkab Cirebon, meski awalnya merupakan pilot project Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat,\" tuturnya. Menurutnya, Sekolah Luar Biasa (SLB) ada, namun jauh dari jangkauan. \"Ada sebenarnya. Namun karena mereka ini tidak 100 persen seperti anak berkebutuhan khusus yang disekolahkan di SLB, makanya orangtua lebih memilih menitipkan di sekolah reguler. Misalnya tuna rungu, tapi bisa pakai alat bantu dengar dan dapat mengikuti anak normal lainnya. Orang tua lebih percaya anaknya disekolahkan di sekolah reguler bisa mengikuti,\" jelasnya. Sementara itu, Kepala SDN 2 Weru Kidul Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon Suhardi SPd SD mengatakan, anak didik yang ada di SDN 2 Weru Kidul berjumlah 184 anak yang berasal dari kelas I hingga VI. Dari jumlah tersebut, 20 di antaranya berkebutuhan khusus. Dikatakannya, sejak tahun 2004, sekolahnya mendapat project point dari Disdik Jawa Barat untuk menampung para siswa berkebutuhan khusus. \"Sekolah kami merupakan pilot project atau project point dari Provinsi Jawa Barat menyangkut disabilitas atau anak berkebutuhan khusus (ABK). Padahal SD kami adalah sekolah reguler,\" tuturnya. Pada tahun ajaran 2018-2019 diagnosa ke-20, ABK ini ialah down syndrome, tuna rungu, slow linier, ADHD+tuna laras, lamban belajar, disleksia, low vision dan tuna daksa. Demi kemanusiaan, anak juga mempunyai hak untuk belajar, karena telah diatur oleh UUD 1945. \"Kami kasihan kepada orangtua murid. Makanya, demi kemanusiaan kami tampung. Sebagian guru di sini telah mendapat pelatihan PLB (Pendidikan Luar Biasa) dari Provinsi Jawa Barat. Kalau sudah tidak mampu, kami akan rujuk anak ini ke SLB, itupun atas kesepakatan orangtua,\" jelasnya. Di sekolah lain, ABK ini tidak diterima sekolah di sekolah reguler. Namun karena kemanusiaan, SDN 2 Weru Kidul masih menampungnya. \"Kasihan ada yang dari Tengahtani. Itu kan masuknya sudah di luar kecamatan. Tapi kami masih mau menerimanya sebagai murid SDN 2 Weru Kidul,\" katanya. Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon Drs H Asdullah SA MM dan Kepala Bidang SD, H Amin SPd sulit dimintai konfirmasi karena keduanya tidak ada di kantor. \"Saya lagi di Jakarta, lagi rakor di kementerian,\" singkat Amin melalui sambungan teleponnya. (via)

Tags :
Kategori :

Terkait