Driver Dadakan, Buru-Buru, sampai Lokasi Ternyata Bohong

Sabtu 17-11-2018,13:00 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

CIREBON-Jika layanan panggilan darurat 112 banyak menerima panggilan prank call, layanan Public Safety Center (PSC) 119 lain lagi. Prank call maupun ghost memang sama banyaknya. Namun yang paling mengganggu adalah hoax call yang acapkali diterima PSC 119. Redi Arinaldi (27) dan Putri Utami (23) siang itu yang sedang kebagian berjaga. Sekitar pukul 13.00 siang, telepon masuk ke layanan 119. Diangkat oleh Putri. \"Baik Bu, ada yang bisa dibantu?,\" ucapnya kepada seseorang di ujung telepon. Dengan hati-hati dan tetap tenang, Putri menanggapi sang penelepon. Rupanya si penelepon menyampaikan tetangganya punya riwayat stroke dan jatuh. Yang membuat ngeri sampai berdarah-darah. Namun, Putri tetap tenang. Mengarahkan si penelepon untuk menunggu kedatangan tim Rawat Jalan Public Safety Center. “Tunggu sebentar ya bu. 15 menit maksimal kami sampai ke lokasi,\" ujarnya menutup telepon. Dengan sigap nomor telepon yang masuk dicatatnya kembali secara manual di daftar penelepon. Setelah itu, ia bersama rekan yang berjaga siang itu, Redi, langsung bergegas pergi. Yang terpenting, nomor yang menelepon tetap intens dikabarinya untuk memastikan bahwa pasien baik-baik saja sebelum kedatangan tim PSC 119. Maksimal kedatangan memang ditargetkan 10 sampai 15 menit hingga sampai ke lokasi. Khususnya untuk wilayah Kota Cirebon. Namun dilihat kembali jarak lokasi yang harus dilayani. Mengingat jarak dan waktu sangat berpengaruh pada keselamatan pasien. Jika dirasa memungkinkan, barulah tim diberangkatkan. Dan siang itu, Putri dan Redi mendapat panggilan untuk pelayanan di Majasem, Kota Cirebon. Bergeraklah mereka ke lokasi. Satu timnya diisi dengan tiga orang. Siang itu Redi, Putri dan satu perawat lainnya menuju ambulans yang disediakan. Masih dengan fasilitas seadanya. Putri masuk kursi penumpang di depan, Redi berada di bagian dalam ambulans. Sedangkan satu perawat lainnya bertugas ganda karena harus menjadi driver dadakan. Memang masih seadanya, belum ada driver di sana. Tapi tak apa, begitu kata Redi dan Putri pada Radar. \"Satu tim itu tiga orang. Karena belum ada driver, jadi kami ya nyambi-nyambi aja yang bisa nyetir siapa. Intinya yang penting bisa sampai ke tujuan dengan cepat dan selamat,\" ujarnya. Selama di perjalanan menuju lokasi, Putri standby menelepon sang penelpon yang mengabari. Hingga sesampainya di lokasi langsung segera ditangani. Untungnya, puskesmas terdekat sudah terlebih dahulu memboyong pasien ke rumah sakit. Jika sudah selesai, tim kembali ke kantor PSC 119 di Jl dr Sudarsono, depan RSD Gunung Jati. Melaporkan kejadian yang sudah ditangani. Meski sesampainya di lokasi pasien sudah tertangani duluan, menurut Redi dan Putri tidak masalah asal pasien bisa segera ditangani. Yang menyebalkan jika sudah mendapat telepon hoax ke layanan PSC 119 ini. Pernah suatu hari, Redi yang kedapatan mengangkat panggilan masuk kejadian itu sudah melayani panggilan masuk sesuai dengan SOP. Tim bergegas ke lokasi. Sang penelepon pun tetap intens dikabari. Tapi sesampainya di lokasi, kosong. Zonk. Tak ada insiden yang seharusnya ditolong seperti yang dikatakan oleh sang penelepon. Dihubunginya kembali nomor itu, tiba-tiba di luar jangkauan. Itu salah salah satu pengalaman Redi dan Putri selama bertugas. “Bagi kami, dari semua panggilan mulai dari prankcall, ghost call, dan hoax call itu yang paling mengganggu memang hoax call. Sudah buru-buru karena niat ingin bantu agar pasien cepat ditangani, ternyata malah dikerjain. Sampai di lokasi nggak ada apa-apa, nggak ada siapa-siapa. Kami tim yang berangkat ini kan perlu waktu dan tenaga untuk bisa sampai di TKP. Maka dari itu jangan main-main karena menyangkut keselamatan seseorang,\" tutur Redi. Meski begitu Redi dan Putri bersama 10 orang lainnya yang tergabung dalam tim layanan Rawat Jalan PSC 119 itu tetap sabar dan maksimal dalam bertugas. Terlebih lagi mereka bekerja dengan taruhan nyawa seseorang. Dari 12 orang yang tergabung dalam PSC 119 ini di antaranya merupakan perawat, bidan serta dokter. Ke-12 nya mendapat kebagian shift masing-masing yang dimulai pukul 07.00 pagi sampai 19.00 malam dan shift malam 19.00 hingga 07.00 pagi. Bagi mereka tenaga Rawat Jalan PSC 119 itu minimal lulusan D3 keperawatan maupun kebidanan. Lain halnya dengan dokter. Sebelumnya mereka-mereka yang terpilih ini melalui beragam tahap seleksi dan harus memiliki sertifikat gawat darurat sebagai bekal bahwa mereka yang menjadi tenaga di PSC 119 ini merupakan orang-orang ahli di bidangnya masing-masing. Namun bagi Redi dan Putri kepuasan muncul ketika bisa menyelematkan pasien yang ditolong. “Pernah ada pasien jatuh kecelakaan yang kita bantu pertolongan pertamanya sampai selamat ini jadi kepuasaan tersendiri buat kita. Ibu-ibu melahirkan juga sering masuk ke layanan kami dan Alhamdulillah-nya bisa kami bantu,\" papar Putri. PSC 119 memang masih dalam kondisi seadanya. Baik fasilitas juga SDM. Seperti operator dan sistem pencatatannya yang masih dikerjakan manual. Namun dikatakan Koordinator PSC 119 Kota Cirebon, Indra Gunawan, sistem yang digunakan 112 kondisi itu akan berjalan seiring dengan waktu mengingat keberadaan PSC 119 pun masih seumur jagung. \"Sementara memang seadanya. Kalau ada bentrok kejadian kami sering join kerja sama dengan puskesmas terdekat dengan lokasi kejadian,\" katanya. Layanan Public Safety Center 119 seharusnya bisa dimanfaatkan dengan lebih bijak. Terlebih pelayanan yang diberikan secara cuma-cuma. Untuk itu masyarakat Kota Cirebon harus memanfaatkannya dengan sebaik mungkin. (myg/habis)

Tags :
Kategori :

Terkait