INDRAMAYU- Musim hujan memang sudah dimulai. Namun, petani di Kabupaten Indramayu belum bergerak untuk menggarap lahannya. Memang tidak seluruh petani. Namun sebagian besar masih memilih menganggurkan lahannya. Mereka menunggu pasokan air benar-benar aman, mengingat intensitas hujan masih sangat rendah. Penyuluh Pertanian Lapangan, Trisuseno menyebutkan, di Kecamatan Widasari, belum ada petani yang menggarap lahannya. Meski air sudah terlihat di saluran irigasi, namu petani masih menunggu pasokan air dari saluran irigasi benar-benar lancar dan aman. Saat ini, kata dia, air baru mengaliri saluran sekunder. Sehingga air yang ada belum masuk ke saluran tersier dan lahan petani. Sementara untuk menggarap lahan dibutuhkan air yang cukup. “Akhirnya ada juga petani yang memilih menanam palawija yang tidak membutuhkan banyak air. Bukan padi,” ujarnya. Sementara Petani Kecamatan Jatibarang, Nanto (44) memilih untuk tidak terburu-buru menggarap lahannya. “Nunggu sampai saluran tersier terisi air dan masuk ke sawah. Setelah itu baru digarap,” jelasnya, Petani lainnya, Bandi (50) juga melakukan hal yang sama. Jika tidak dibantu air hujan, petani tidak bisa menggarap lahan. “Kalau mengandalkan air di saluran saja tidak cukup. Jadi butuh bantuan hujan,” ujarnya, Dalam kondisi ini, petani tidak bisa mengikuti imbauan pemerintah. Pasalnya, Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu, belum lama ini mengimbau petani untuk segera melakukan percepatan tanam musim tanam (MT) rending. Hal ini dimaksudkan agar musim tanam gadu 2019 tetap sesuai jadwal Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, Sutatang menyebutkan, melalui imbauan tersebut, para petani diharapkan sudah mulai melakukan penanaman pada Desember. Dengan demikian, pelaksanaan musim tanam gadu 2019 tidak mundur terlalu jauh yang bisa berdampak pada ancaman kekeringan. Sutatang mengakui, saat ini curah hujan di Kabupaten Indramayu masih minim. Berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), awal musim hujan di Kabupaten Indramayu baru terjadi pada Desember dasarian I (tanggal 1 – 10) dan Desember dasarian II (tanggal 11 – 20). Untuk itu, meski sudah ada imbauan percepatan tanam, petani di Kabupaten Indramayu belum seluruhnya mematuhi imbauan tersebut. Mereka lebih terbiasa menjadikan curah hujan sebagai patokan. Menurut Sutatang, percepatan tanam saat ini baru dilakukan oleh sejumlah petani di Kecamatan Sindang dan Pasekan. Mereka mengandalkan air dari sungai Cimanuk dengan cara pompanisasi. Saat ini, tanaman padi di daerah-daerah itu rata-rata sudah satu minggu sampai sepuluh hari. Selain itu, sejumlah petani di Kecamatan Kroya, Gantar dan Terisi juga sudah ada yang melakukan persemaian kering. Mereka memanfaatkan hujan pertama yang turun beberapa pekan yang lalu. Sedangkan untuk kecamatan-kecamatan lainnya, lanjut Sutatang, baru mulai bersiap melakukan pengolahan lahan. Namun banyak pula yang belum melakukan apa pun. Petani di wilayah Indramayu timur juga belum melakukan apa pun. Jangankan melakukan penanaman, mengolah sawah saja masih belum dilakukan. Seperti diungkapkan Carkim (56), warga Desa Lombang Kecamatan Juntinyuat. Menurutnya, para petani saat ini masih menunggu pasokan air. “Saat ini kan hujan juga masih jarang. Jadi kami memang masih belum mengolah sawah, masih menunggu airnya cukup,” ujarnya. (oni/oet)
Air Belum Normal, Petani Enggan Garap Lahan
Selasa 27-11-2018,18:38 WIB
Editor : Husain Ali
Kategori :