Bukan Mbah Google, IPNU/IPPNU Harus Teladani Hikmah Para Wali

Minggu 23-12-2018,08:08 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

CIREBON - Hari pertama Kongres XIX Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Kongres XVIII Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) di Ponpes KHAS Kempek, Kabupaten Cirebon, masih dalam rangkaian pembukaan. Ketua Umum PP IPPNU, Puti Hasni mengapresiasi sambutan kongres di Cirebon. Lebih dari itu, menurut Puti, Cirebon memiliki sejarah panjang terkait penyebaran dan perkembangan Islam di Nuantara. \"Kongres di Cirebon itu istimewa,\" kata Puti seraya disambut tepuk tangan saat menyampaikan sambutan di hadapan peserta kongres, Sabtu (22/12). Puti memaparkan bahwa Cirebon adalah tanah para wali. \"Ada Mbah Sunan Gunung Jati, Mbah Muqoyim, Mbah Abbas, Mbah Said, Mbah Siroj, dan mbah-mbah yang lain,\" kata Puti. Menurut Puti, IPNU/IPPNU sudah seyogianya meneladani dan mengambil hikmah dari keberadaan mbah-mbah wali tersebut. \"Jangan malah geser ke mbah google,\" Jelas Puti. Selain itu, Puti juga menjelaskan bahwa yang dimaksud mbah google adalah urusannya lain. Soal perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan modern, baru ke mbah google. \"Soal sikap, perilaku, keteladanan, dan kebijaksanaan, rujukannya ke Mbah Sunan Gunung Jati, wa alaa alihi wa sohbihi ajmain,\" ujarnya. “Maka, menjadi IPNU dan IPPNU selalu kawal para kiai. Meski beliau tidak ingin dikawal. Jagalah marwah jamaah dan jamiyah. Semoga Allah merahmati perjalanan hidup organisasi kita semua,” papar Puti seraya menutup sambutannya. Sehari sebelumnya, Jumat (21/12), dalam rangkaian pembukaan kongres di Ponpes KHAS Kempek, IPPNU menggelar Temu Tokoh Nasional-Kebangsaan. Dalam acara itu, Ketua MPR RI Zulkifli Hasan hadir sebagai kynote speaker. Zulkifli menyampaikan perihal tantangan yang dihadapi pemuda-pemudi di era millinial. “Orang yang peradabannya maju, merupakan cermin kemajuan sebuah bangsa,” katanya di hadapan peserta kongres. Lalu Zulkifli menceritakan sejarah bagaimana Islam pernah mencapai puncak kejayaannya. Serta bagaimana Indonesia dapat merdeka melalui perjuangan para ulama yang dikenal dengan Resolusi Jihad. Menurutnya, tolok ukur kemajuan peradaban dilihat melaui tiga aspek utama. Pertama, ilmu pengetahuan dan teknologi. Kedua, kemampuan membaca buku-buku ilmiah. Terakhir, kemampuan matematika. “Prestasi bisa dicapai dengan perjuangan, kerja keras dan sungguh-sungguh. Janganlah kita menyia-nyiakan waktu. Kita harus punya nilai lebih. Yaitu dengan cara menambah ilmu, lalu upgrade diri dengan belajar. Observasi bagaimana cara sukses dan hindari cara orang yang gagal. Karena hidup adalah pilihan. Cari inspirasi dan segera tentuk an target untuk meraih sukses,” tuturnya berpesan. (sam)

Tags :
Kategori :

Terkait