Risiko Sumpah Pocong seperti Saka Tatal, Kalau Berbohong Diyakini Kena Musibah dan Bahaya
Prosesi sumpah pocong yang dilakukan Saka Tatal eks terpidana kasus Vina Cirebon mendapakan perhatian publik.-Cecep Nacepi-radarcirebon.com
RADARCIREBON.COM - Prosesi sumpah pocong yang dilakukan Saka Tatal, eks terpidana kasus Vina Cirebon menjadi perbincangan.
Sebagian kalangan menilai bahwa ritual tersebut tidak sesuai dengan tradisi masyarakat Cirebon.
Namun, sebagian lagi menilai, tindakan sumpah pocong adalah jalan terakhir berdasarkan kearifan lokal dalam penyelesaian sengketa atau permasalahan.
Pengasuh Padepokan Amparan Jati, Raden Gilap Sugiono mengatakan, sumpah pocong merupan ritual seperti ketika terjadi kematian.
BACA JUGA:Luas Biasa! Jalan Cepat 11 Menit Sehari Kurangi Resiko Kematian Dini
Orang yang akan menjalani sumpah harus mensucikan diri terlebih dahulu dengan cara mandi, kemudian wudhu.
Setelahnya, orang tersebut membacakan dua kalimat syahadat. Prosesi juga diawali dengan adzan yang dikumandangkan.
"Ini adalah karifan lokal yang sudah biasa dilakukan saat menemui jalan buntu dalam permasalahan atau sengketa," kata Raden Gilap, kepada radarcirebon.com.
Menurut dia, konsekuensi dari sumpah ini sesuai keyakinan masyarakat adalah marabahaya dan musibah yang akan dihadapi di kemudian hari.
BACA JUGA:Beri Edukasi Soal Pemberantasan Korupsi, KPK Gelar Roadshow ke Bandung
Terutama bila seseorang berbohong atas sumpah yang telah diungkapkan dalam prosesi tersebut.
"Ada dampak negatif segera mungkin atau di masa depan kalau berbohong saat melakukan sumpah. Itu keyakinan masyarakat," sebutnya.
Iwan Zaenul Fuad dalam tulisannya yang berjudul Sumpah Pocong: Upaya Konstruksi Fiqh Kultural Khas Indonesia, tradisi sumpah pocong ini diyakini berasal dan berkembang di tengah masyarakat Jawa, khususnya yang berada di sekitaran daerah Jawa Timur.
Tradisi ini diyakini mulai berkembang di pedesaan yang ada di wilayah tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: