Galang Dana dan Donasikan Hasil Penjualan Tiket untuk Korban Tsunami Selat Sunda

Rabu 26-12-2018,20:30 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

MAJALENGKA - Tsunami yang menerjang Selat Sunda tepatnya di pesisir pantai di Provinsi Banten dan Bandar Lampung membuat sejumlah elemen masyarakat di Majalengka tergugah untuk membantu para korban. Salah satunya dilakukan Federasi Serikat Buruh (FSB) Garmen, Tekstils, Kulit, Kerajinan dan Sentra Industri (Garteks) Majalengka. Mereka melakukan aksi galang dana di Lampu Merah Jatiwangi dan sekitarnya, Selasa (25/12). Sunarto Ketua DPC FSB Garteks Majalengka menyebutkan bahwa alasan dilakukannya aksi tersebut, karena bencana tersebut menjadi duka yang mendalam bagi masyarakat di Indonesia menjelang akhir tahun 2018. Pasalnya, kata Sunarto, dari catatan BNPB, korban meninggal 373 orang, 1.459 warga mengalami luka berat dan ringan dan 5.665 orang masih mengungsi dan 128 orang dinyatakan hilang. “Kemungkinan data yang meninggal maupun yang luka akan bertambah,” ujarnya kepada Radar Cirebon.  Menurutnya, bencana alam tidak ada yang tahu. Sehingga, dengan adanya musibah becana alam yang merupakan peringatan Tuhan ini, membuat warga bisa lebih mendekatkan diri kepada-Nya. “Kami mengajak kepada semua mari ulurkan tangan kita karena kepedulian kita adalah bahagia bagi mereka,” ujarnya. Diungkapkannya, dari kegiatan galang dana untuk korban tsunami Selat Sunda, berhasil terkumpul Rp 1.351.000. “Galang dana akan berlanjut selama 4 hari ke depan,” katanya. Dalam penggalangan dana itu hadir Dewan Pengurus Pusat (DPP) Garteks Toto Susilo didampingi Korwil Jawa Barat Agus Saefuddin. Menurutnya, bantuan dari cabang di seluruh Indonesia yang terkumpul akan dikumpulkan terlebih dahulu di kantor DPP untuk didata kemudian disalurkan melalui DPC Garteks Serang dan Tangerang. Toto mengatakan, aksi membuka  posko kemanusiaan yang dilakukan tiap cabang FSB Gerteks menunjukkan aktivis buruh tidak hanya jago demo membela hak-hak buruh yang tertindas. “Aktivis buruh juga sigap dalam membantu korban bencana alam, karena semangat perjuangan serikat buruh adalah semangat solidaritas kemanusiaan,” ujar Toto. Dalam kesempatna itu, Toto juga mendoakan bagi korban yang meninggal diampuni segala kesalahan dan diterima amal ibadahnya. “Bagi mereka yang luka-luka semoga cepat sembuh serta cepat pulih kembali proses interkasi sosialnya sehingga bisa menata kembali kehidupan yang lebih baik,” katanya. Sementara itu, aktivis Jatiwangi Art Factory (JAF) di Desa Jatisura Kecamatan Jatiwangi juga melakukan aksi peduli korban tsunami Selat Sunda. Jauh-jauh hari, mereka akan menggelar pemutaran film perdana Tanah Berbunyi pada hari Kamis (27/12) dengan tiket Rp 10 ribu. Dengan terjadinya tsunami, mereka akan mendonasikan hasil penjualan tiket itu untuk para korban di Selat Sunda Provinsi Banten. Direktur JAF H Ginggi M Hasyim menyebutkan, akan menayangkan pemutaran perdana film Tanah Berbunyi atau Sound of Jatiwangi di Jatiwangi Sinematek kompleks Jebor Hal JAF, Jalan Makmur Desa Jatisura. “Semestaku tetaplah terjaga tiada siapa karena kita sama. Semestaku tetaplah terjaga dengan tanah gembira marilah nyanyikan, bunyi waktu,” ungkap Ginggi dalam bait puisi penuh makna. Mantan kuwu Jatisura ini menyebutkan, Jatiwangi adalah daerah tanah berbunyi. Setiap tiga tahun sekali, ribuan masyarakat membunyikan tanah bersama. Tanah dari tempat mereka tinggal, mencari nafkah, berkarya, dan berpijak. “Film ini bercerita tentang warga bersama pemuda-pemudi yang berproses dalam sebuah festival tiga tahunan, rampak genteng. Seluruh tenaga dan rasa bangga akan tanah bersatu padu, dari yang muda hingga tetua mempertahankan apa yang mereka punya,” ujarnya. Ginggi mengatakan, dirinya ikut berduka dengan terjadinya musibah tsunami yang menerjang Selat Sunda sehingga merenggut korban jiwa, luka dan hilang. “Kami akan menyumbangkan hasil penjualan tiket ini untuk korban bencana tsunami Selat Sunda,” pungkasnya. (bae/ara)

Tags :
Kategori :

Terkait