Intensitas Hujan Tinggi, Waspadai Banjir di Akhir Januari

Sabtu 19-01-2019,20:00 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

CIREBON-Intensitas hujan semakin tinggi. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Klas I Stasiun Jatiwangi memerkirakan, curah hujan mencapai puncaknya di sepanjang Januari-Februari. Melihat potensi kebencanaan di puncak musim penghujan, Kantor Penanggulangan Bencana Daerah (KPBD) meminta warga waspada. Terutama yang berkaitan dengan hidrologi. \"Kota Cirebon ini potensi banjir. Bisa timbul dari saluran air yang terhambat. Bisa juga karena aliran air dari hulu yang terhambat, juga dari banjir rob. Juga air laut yang menghempas ke darat,” ujar Kepala KPBD Kota Cirebon Ir Agung Sedijono kepada Radar Cirebon. Posisi Kota Cirebon yang berada di daerah pesisir pantai, banyak menirma aliran air dari hulu, juga limpahan air dari laut jika terjadi rob atau air pasang. Biasanya air pasang terjadi saat malam bulan penuh. Sejauh ini, dari kajian KPBD dari bencana pada tahun sebelumnya, banjir kerap terjadi pada periode bulan Februari hingga Maret. Meski demikian, Agung menilai, banjir di Kota Cirebon tidak masuk dalam kategori parah. Tetapi hal itu bukan berarti mengabaikan kewaspadaan dan pencegahan. “Kalau lihat trennya itu dari akhir Januari sampai Maret. Seperti tahun kemarin, banjir itu terjadi di Februari,” katanya. Bencana banjir menjadi salah satu fokus penanganan bencana pada musim hujan ini. Meskipun ada juga potensi yang perlu diwaspadai, dengan hadirnya perubahan cuaca ekstrem, seperti angin puting beliung yang biasa mengiringi saat musim hujan. Agung menyampaikan, Kota Cirebon terdapat empat sistem aliran air, yakni Kedungpane, Suba, Sukalila, dan Kalijaga. Keempatnya pernah mengalami banjir akibat luapan saat musim penghujan. Pada tahun lalu, luapan banjir terparah terjadi di Sungai Kedungpane yang berdampak pada warga yang berada di daerah aliran sungai. \"Kuncinya kan kelancaran sistem arus air saja, karena banyak hambatan, mulai dari pendangkalan, bangunan liar, buangan sampah dan tanaman liar,\" tuturnya. Sementara itu, Kepala Bidang SDA Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang (DPUPR) H Syarif S Sos MM menjelaskan, secara umum kondisi sungai di Kota Cirebon terbagi tiga. Terparah yang menjadi rawan banjir sejauh ini ada di banjir kanal atau Kedungpane. Sementara untuk Sungai Cikenis dan Cikalong, pihaknya melakukan normalisasi namun belum seluruhnya. Begitu juga dengan Sungai Kedungpane. \"Masalah saluran ini, kendala di muara, ada sampah dan sedimentasi,\" katanya. Biaya normalisasi cukup besar. Bisa sampai miliaran. Dijelaskan Syarif, kegiatan normalisasi paling mahal biaya operasional (BOP) untuk menyewa alat berat. Namun, upaya normalisasi ini tidak mampu menandingij percepatan sedimentasi. Misalnay di kawasan pesisir. Di mana hampir seluruh limbah rumah tangga di buang ke saluran yang mengarah ke laut. Faktor inilah menjadi sumbangan terbesar dalam menciptakan endapan lumpur. (jml)

Tags :
Kategori :

Terkait