Jika Dikelola, Pasar Rakyat di Bima Bisa Datangkan PAD Pemkot Cirebon

Senin 28-01-2019,12:00 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

CIREBON–Pasar rakyat Stadion Bima terkesan tanpa pengaturan. Jalanan di sekitar komplek olahraga tersebut sulit dilewati kendaraan. Warga setempat berharap, pemerintah turun tangan untuk melakukan penataan. “Sekarang makin banyak pedagang. Kanan kiri jalan dipakai semua. Naik motor saja susah,” ujar Ketua RW 06 Komplek Stadion Bima Agus kepada Radar Cirebon, Minggu (27/1). Warga setempat, kata Agus, tidak bisa berbuat banyak. Meski diakui kehadiran pasar rakyat ini menggerakan perekonomian dan menjadi sarana bagi warga di akhir pekan, namun bukan berati dibiarkan begitu saja. “Ini PR pemerintah,” ucapnya. Ia sangat berharap pemerintah bisa menata Bima dengan baik. Terutama untuk PKL dan kebersihan. Selama ini, kebersihan tak langsung bekerja saat pasar rakyat selesai. Dengan penataan yang baik, juga kebersihan terpelihara, akan memiliki daya tarik untuk pengunjung. Bukan tidak mungkin menjadi destinasi wisata di akhir pekan. Di tempat  terpisah, Penasihat Badan Koordinasi dan Informasi Pedagang Kaki lima (BKI-PKL) Bima, Agustinar mengungkapkan, animo masyarakat terhadap pasar rakyat tidak pernah kendur. Dulunya, area ini hanya ditempati 20 pedagang saja. Yang kemudian berkembang menjadi 1.000 pedagang. Bahkan mereka menempati area di jalan masuk. \"Total seribu pedagang. Banyak yang nggak kebagian tempat,” ucapnya. Para pedagang tersebut, bukan hanya dari Kota Cirebon. Lebih banyak yang berasal dari luar kota di wilayah Ciayumajakuning. Semakin banyaknya PKL yang masuk karena pengelolaan pasar rakyat belum jelas. Belum ada pengelola yang profesional. Kalaupun ada sebatas ditangani Forum PKL. Kalaupun pemerintah mau mengelola dan menata, ia yakin pedagang akan menyambut baik. Apalagi dengan jaminan terjaganya ketertiban juga kebersihan. \"Saya sangat mendukung (pemerintah). Ini aset pemerintah,\" ungkapnya. Stadion Bima pada awalnya memang hanya digunakan untuk berolahraga. Sekitar tahun 2015, area yang kurang terawat ini masih dimanfaatkan warga. Kemudian mulai bertumbuh pedagang di akhir pekan. Menurut data BKI-PKL, ketika itu jumlahnya hanya 20 orang. Yang kemudian berkembang setelah pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX tahun 2016. Perbaikan infrastruktur khususnya jalan dan area parkir, membuat kawasan ini kian menarik minat masyarakat yang berolahraga maupun pedagang. Mereka datang dari berbagai kelas. Pedagangnya pun menyesuaikan. Dari harga emperan, sampai yang premium. Agustinar yang berjualan jam tangan kelas atas, tak pernah sepi pembeli. \"Saya saja jual jam premium. Sehari di Bima itu, Rp10 juta bisa terjual. Ini kan berarti yang beli kelas menengah ke atas,” ucap dia. Para pedagang lainnya juga menyepakati adanya penataan. Saat ini mereka kerap berebut lapak. Sehingga mereka pun tidak menyalahkan ketika warga protes. Di mana area jogging track malah dibabat habis oleh pedagang emperan. Meski tidak diketahui secara pasti perputaran uang pedagang di pasar rakyat, namun dari pendataan yang dilakukan Radar Cirebon, setidaknya mereka bisa mendapatkan omzet Rp2-10 juta rupiah. (apr)

Tags :
Kategori :

Terkait