Identitas Kawasan Pecinan Kota Cirebon Memudar

Senin 17-06-2019,00:01 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

CIREBON - Pemerintah Kota Cirebon merencanakan revitalisasi sejumlah kawasan yang bisa jadi destinasi wisata. Namun, hingga saat ini, belum ada upaya yang benar-benar nyata. Juga langkah yang terstruktur, maupun sistematis. Dalam sebuah road map kepariwisataan, salah satu agenda pemerintah sendiri adalah mengembangkan kawasan Pecinan. Jika mengacu kepada peta jalan itu, seharusnya tahun ini sudah nampak sesuatu yang diperbuat pemerintah. Meksi realisasinya nampaknya belum terlihat. Dalam implementasinya, satuan kerja perangkat daerah (SKPD) terkait, tidak membuat perencanaan yang sinkron dengan road map tersebut. Padahal, budaya Tionghoa dan Cirebon sudah sangat lekatnya. Namun dalam beberapa peninggalan justru nyaris tak terlihat lagi. Termasuk di Kawasan Pecinan. Bangunan-bangunan khas Tiongkok berganti dengan pertokoan modern. Kalaupun ada yang dipertahankan, bagian atasnya sudah tertutup aluminum composite panel (ACP). Sehingga kawasan Pecinan tak lagi memiliki ciri dari sisi bangunan. Kecuali keberadaan sejumlah tempat ibadah. Halim Eka Wardana, salah satu tokoh Tionghoa Kota Cirebon menyebutkan, di era 1960-an arsitektur khas Tionghoa masih dipertahankan. Bahkan mendominasi kawasan Pecinan. Itu menjadi simbol kerukunan yang sesungguhnya sudah terjalin sejak lama. “Kerukunan antar etnis dulu itu sudah seperti jati diri. Tidak ada perbedaan, membaur satu padu,” kata Halim, kepada Radar, belum lama ini. Sebagai salah satu putera daerah yang hidup dan tinggal di Cirebon, di tahun 1960-an hubungan sosial antar etnis Tionghoa dan etnis lokal maupun masyarakat lainnya jauh lebih ketara kerukunannya. Bukan hanya baik-baik saja, tapi sangat baik. Ia masih ingat betul bagaimana tinggal di wilayah perkampungan, di mana hanya dirinya yang seorang keturunan Tionghoa. Namun semuanya membaur juga saling tolong menolong. Ia juga bercerita, sebetulnya dahulu yang dimanakan Jalan Pecinan di Cirebon adalah Jalan Lemahwungkuk saat ini. Dari sanalah awal hunian komunitas Tionghoa dulu. Kemudian lambat laun menyebar dan bergeser ke Jalan Pasuketan, Karanggetas, Kanoman, Pekiringan dan Pekalipan sebagai sentra hunian dan tempat usaha warga keturunan Tionghoa di Cirebon. \"Tapi memang ada sejarah tertulisnya dan bangunan kuno di awal peradaban Cirebon adalah di sekitar situ. Bisa dilihat bangunan di sekitar Jalan Yos Sudarso,\" ucapnya. Sayangnya, ciri khas bangunan rumah masyarakat tionghoa di Kawasan Pecinan ini sangat sulit ditemukan dan bahkan tidak ada. Salah satu ciri khasnya adalah atapnya yang melengkung ke atas. Juga bentuk jendelanya yang dibuat besar-besar. Yang unik lagi, pintu rumah masyarakat Tionghoa diungkapkan Halim dahulu sangat menarik. Karena pintunya atas bawah. Seperti kulkas dua pintu. \"Sayangnya hampir nggak ada yang pakai model bangunan ini. Yang tersisa sekarang bangunan tahun 1970-an semua, bangunan konsep 1960 tahunan ke bawah sudah nggak ada,\" ungkapnya. Dahulu kawasan pecinan pun menjadi pusat keramaian di Cirebon. Seperti di Jalan Pasuketan misalnya. Masih jelas diingatannya bagaimana Jalan Pasuketan di tahun 1980-an yang tengah ramai-ramainya. Saat itu banyak toko-toko yang berjualan pakaian. Kini, Jalan Pasuketan sunyi sepi, khususnya di malam hari. \"Jalan Pasuketan itu dulunya kawasan fashion. Jadi banyak muda-mudi yang jalan-jalan di sana,\"  paparnya. Sementara itu dari segi ekonomi kawasan Pecinan memang lekat akan pertokoan. Seperti pemilik salah satu Toko Cat Mobil di Jalan Karanggetas, Handoko atau Ho Tyi Kian misalnya. Dahulu pertokoan di Jalan Karanggetas belum seramai seperti saat ini. Kalaupun ada didominasi dengan Toko Klontong dan Toko Penjual Tembakau. Seiring berjalannya waktu pertokoan di Jalan Karanggetas pun semakin menjadi-menjadi. Hingga pada akhirnya satu persatu pedagang toko klontong maupun toko tembakau berkurang. Mereka digantikan dengan berbagai macam pertokoan saat ini. Toko cat mobil miliknya itu salah satu yang masih bertahan. Meski penjualan tak lagi seramai dulu, bahkan omzet yang didapatkannya sampai turun 50 persen dirinya mengaku tetap bersyukur. \"Dulu itu, di sini rumah tempat tinggal. Bukan pertokoan. Sekarang sudah banyak yang pindah dan cuma ditempatin untuk toko saja. Kalaupun masih jadi rumah kebanyakan orang tuanya karena anak-anak mudanya pindah,\" tuturnya. Seperti toko cat mobil dulu tak sebanyak saat ini. Semua orang Cirebon dari mana-mana kalau ingin membeli toko cat mobil di tempatnya. “Kini karena banyak toko serupa, omzet penjualannya menurun drastis,” katanya. Perkembangan kawasan Pecinan dari masa ke masa begitu terlihat. Eksistensinya tak akan pernah tergantikan. Masih menjadi saksi betapa lekatnya kebudayaan Tionghoa dan Cirebon yang berjalan beriringan. (myg)

Tags :
Kategori :

Terkait