Biaya Pengolahan Sawah Membengkak

Senin 24-06-2019,07:07 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

INDRAMAYU - Di masa tanam gadu, petani Indramayu kesulitan mendapatkan air dari saluran irigasi. Agar tanaman padinya tetap hidup, para pteani terpaksa mengambil air dari sungai atau saluran pembuang. Seperti di lakukan oleh petani di Desa Cantigi Kulon, Kecamatan Cantigi. Mereka terpaksa mengambil air dari sungai pembuang. Hal itu dilakukan agar sawah mereka bisa teraliri air. Terlebih saat ini padi sudah ditanam, sehingga sangat membutuhkan air. Maman, petani setempat mengatakan, petani mengambil air dari sungai pembuang, dikarenakan pasokan air dari saluran teknis irigasi sulit didapatkan. Kondisi tersebut sudah terjadi sejak dilakukannya masa tanam sebulan yang lalu. \"Usia tanaman padi di Cantigi Kulon ini rata rata sudah satu bulan. Usia tersebut tentunya sangat membutuhkan air. Jangan sampai tanaman mati akibat kekeringan. Saya maupun petani lainnya terpaksa mengambil air di sungai saluran pembuang,” ujarnya, kemarin. Rudi, petani lainnya menambahkan, untuk mengambil air dari sungai saluran pembuang tersebut, petani harus merogoh kocek lebih dalam. Biaya yang dikeluarkannya pun lebih dari Rp500 ribu. Uang tersebut selain untuk biaya sewa mesin penyedot air, juga membeli bahan bakar. \"Untuk bisa mengambil air dari sungai tersebut dengan cara disedot pakai mesin disel. Itu terpaksa kita lakukan, karena hanya dari sungai itu kita bisa mendapatkan air. Kalau menyuruh orang lain untuk menjaganya, ya nambah biaya lagi,” ujarnya. Kondisi ini, diakuinya membuat biaya produksi membengkak. Untuk itu petani pun berharap ketika sudah panen nanti, harga gabah tidak begitu anjlok sehingga biaya produksi yang tinggi ini bisa tertutup. (kom)

Tags :
Kategori :

Terkait