Perang Dagang As vs China Kembali Memanas

Minggu 04-08-2019,22:30 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

BEIJING - Tensi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China kembali memanas. Pasalnya, Presiden AS Donald Trump mengancam, akan menjatuhkan tarif tambahan 10 persen senilai 300 miliar dolar AS terhadap impor China terhitung mulai 1 September 2019. Langkah tersebut, secara signifikan bakal meningkatkan perang dagang antar kedua ekonomi terbesar dunia, sekaligus mengguncang pasar keuangan global. Trump juga mengancam, peningkatan tarif lebih lanjut apabila Presiden China Xi Jinping tak mampu bergerak cepat mencapai kesepakatan perdagangan. Menanggapi ancaman itu, Kementerian Luar Negeri China juga mengancam, negaranya akan mengambil aksi balasan jika Amerika Serikat bertekad menetapkan tarif baru terhadap produk China. \"China tidak menginginkan perang dagang, namun tidak takut untuk berperang,\" kata juru bicara Kementerian Luar Negeri, Hua Chunying, Sabtu (3/8). Sementara itu, Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indrawati, mewaspadai dampak penerapan tarif impor tambahan oleh Amerika Serikat (AS) untuk barang-barang China terhadap perkembangan ekonomi dalam negeri. \"Kami harus waspada kemungkinan terjadi perang dagang yang eskalasinya sudah disampaikan dalam satu tahun terakhir ini,\" ujarnya. Menurut Sri Mulyani, menyebut kondisi perang dagang AS-China juga akan mempengaruhi kinerja ekspor dan impor Indonesia. Maka itu, seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) perlu memperkuat perdagangan di dalam negeri. \"Jadi harus tetap fokus kepada domestik untuk mengatasi potensi pelemahan,\" imbuhnya. Walau demikian, Sri Mulyani menyatakan, skenario terburuk dari perang dagang sudah masuk dalam perhitungan prediksi pertumbuhan global tahun ini dan 2020 mendatang. \"Skenario terburuk dari kondisi perang dagang AS dan china itu sudah masuk dalam perhitungan pelemahan ekonomi tahun ini,\" pungkasnya. (der/rts/fin)

Tags :
Kategori :

Terkait