Kemenko Maritim Minta Petambak Garam Gunakan Teknologi Prisma Garam

Selasa 06-08-2019,19:00 WIB
Reporter : Leni Indarti Hasyim
Editor : Leni Indarti Hasyim

CIREBON-Kementerian Koordinator Kemaritiman mendorong agar para petambak garam menggunakan teknologi prisma garam. Teknologi ini, bisa menjadikan garam berkualitas tinggi dan produksi lebih banyak. Sehingga, akan bisa menjadikan Indonesia melakukan swasembada garam. Karena selama ini, Indonesia masih melakukan impor garam dari luar negeri. Hal tersebut diungkapkan Deputi Bidang Koordinator Sumber Daya Alam dan Jasa Kementerian Koordinator Kemaritiman, Agung Kuswandono saat mengunjungi tambak garam dengan teknologi prisma garam di Desa Bungko Lor, Kecamatan Kapetakan, Senin (5/8). Kepada Radar Cirebon, Agung mengatakan, produksi garam dalam negeri tidak bisa memenuhi kebutuhan garam industri, sehingga impor menjadi solusi. \"Kita masih melakukan impor garam, karena produksi garam dalam negeri hanya 3,2 juta ton pertahun. Sedangkan untuk kebutuhan garam industri kita memerlukan sekitar 4,4 juta ton pertahun. Jadi, kita masih kurang 1,2 juta ton lagi,\" ujarnya. Untuk mengatasi hal tersebut dan mewujudkan Indonesia swasembada garam, pihaknya mendorong para petambak garam menggunakan teknologi prisma garam. \"Kita semua ingin agar produksi garam lokal bisa kualitas satu. Salah satunya dengan menggunakan teknologi prisma garam. Hasil produksi prisma garam ini bisa menutupi kebutuhan garam industri di Indonesia,\" tuturnya. Menurut Agung, pengembangan teknologi sederhana melalui prisma garam tersebut bisa meningkatkan nilai jual garam. \"NACL (Kandungan natrium klorida, red) dalam garam hasil produksi menggunakan teknologi ini pun sesuai standar kebutuhan garam industry. Kandungan NACL bisa 94 persen,\" tuturnya. Namun menurut Agung, pengembangan penggunaan tekonologi prisma garam tersebut terkendala lahan petambak. Karena pengembangan teknologi ini terbilang sederhana dan bahannya juga sederhana. Tapi, tidak bisa di lahan setengah atau satu hektar. Jadi, dari BPPT, lahan garam yang bagus itu minimal 400 hektar untuk satu teknologi. Sedangkan saat ini, di Cirebon baru ada 2,5 hektar lahan garam yang dikelola menggunakan prisma garam. Pihaknya juga mengajak masyarakat mengembangkan teknologi ini. Tak kenal musim karena sepanjang tahun bisa selalu panen. Sehingga tidak terkendala dengan musim hujan yang selalu menjadi problem petambak garap setiap tahunnya. Agung mengungkapkan, saat ini pemerintah pusat tengah mengembangkan produksi garam di wilayah timur Indonesia untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. \"Kita buka lahan baru juga di timur seluas 3.720 hektar. Kita akan gunakan teknologi sederhana ini. Kalau produksinya banyak, maka impor bisa kita tutup. Dalam waktu singkat akan kita upayakan. Sudah ada 400 hektar lahan yang sudah berjalan dan sebentar lagi panen,\" tuturnya. Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Kristal Laut Nusantara, Supendi kepada Radar Cirebon mengatakan, dirinya tidak bisa melakukan teknologi prisma garam dengan seorang diri karena membutuhkan biaya yang cukup besar. \"Kami kerjasama dengan PT, sudah 1,5 tahun kami gunakan prisma garam,\" ujarnya. Supendi mengatakan, teknologi prisma garam ini menggunakan plastik geo membran. Dari hasil garam dengan teknologi prisma garam ini sangat berbeda jauh ketimbang menggunakan cara lain. \"Hasilnya, garam seperti kristal dan rasanya lebih gurih, namun tidak terlalu asin,\" jelasnya. Supendi mengatakan, dengan harga garam yang menggunakan plasma garam sangat jauh berbeda. \"Memang saya tidak tahu persis harga karena yang menjual bukan kami tetapi PT. Kalau harga garam lain berkisar 500 hingga 600 perkilonya. Di kita ada yang tawar 1.500 saja kita tolak. Minggu kemarin katanya kita jual 3.000 rupiah perkilonya,\" ungkapnya. Menurut Supendi, ada 160 kolam yang dilengkapi plastik geomembran dari 2,5 hektar lahan tersebut. \"28 kolam di antaranya merupakan kolam proses pencetakan garam. Untuk kolam pertama sampai kolam kedelapan itu air laut dialirkan. Sampai menghasilkan air yang berkadar garam tinggi,\" ujarnya. (den)

Tags :
Kategori :

Terkait