Gaji Guru Honorer Tak Manusiawi, Dewan Segera Revisi Perda Penyelenggara Pendidikan

Sabtu 10-08-2019,13:30 WIB
Reporter : Leni Indarti Hasyim
Editor : Leni Indarti Hasyim

CIREBON - Nasib guru honorer di Kabupaten Cirebon sungguh memprihatinkan. Pasalnya, honor yang mereka terima masih jauh di bawah UMK (upah minimum kabupaten) dan dianggap tidak layak. Untuk itu, DPRD Kabupaten Cirebon akan melakukan revisi Perda Penyelenggara Pendidikan. Wakil Ketua DPRD Kabupaten Cirebon, Hj Yuningsih MM kepada Radar Cirebon mengaku, pihaknya sangat prihatin dengan kondisi guru honorer di Kabupaten Cirebon. Honor masing-masing antara Rp100-150 ribu perbulan. Perempuan berjilbab ini menilai, honor para guru honorer itu, tidak berperikemanusiaan karena sangat tidak layak. “Untuk bensin bolak balik mengajar saja apa cukup dengan uang 100 ribu perbulan. Apalagi, kalau yang mengajarnya jauh, tentu itu kita sangat prihatin,” bebernya, Jumat (9/8). Padahal menurut Yuningsih, beban kerja guru honorer dan guru PNS sama. “Bahkan kalau saya lihat, beban kerja guru honorer ini lebih dari guru PNS. Karena kita lihat, satu sekolah masih banyak guru honorer ketimbang guru PNS. Sehingga tentu beban guru honorer semakin berat,” ujarnya. Oleh sebab itu, pihaknya menginisiasi revisi Perda Penyelenggaraan Pendidikan di Kabupaten Cirebon. Salah satu poin revisi, akan menggenjot kesejahteraan guru honorer. Karena, dalam perda yang ada saat ini, tidak diterangkan secara signifikan tentang guru honorer. “Perda lama sudah ada tentang kesejahteraan guru honorer. Namun secara umum saja. Tidak dijelaskan dengan detail termasuk gaji dan lainnya,” tuturnya. Dalam revisi perda ini, akan dijelaskan secara detail termasuk gaji. Pihaknya sudah melakukan studi banding ke Subang. Di Subang, guru honorer gajinya minimal Rp500 ribu sampai 750 ribu. Jauh lebih besar dibandingkan Kabupaten Cirebon. Perempuan yang lolos menjadi anggota DPRD Provinsi Jabar pada periode mendatang ini, menginginkan gaji guru honorer paling rendah ada di kisaran Rp700 ribu. “Ya, kita ingin tidak besar-besar. Tetapi minimal bisa mencukupi kebutuhan pokok guru honorer. Sehingga guru honorer akan lebih semangat mengajar,” ujarnya. Terpisah, salah satu guru honorer, Hanifah mengatakan, dirinya sudah lama menjadi guru SD. Bahkan, kerap pindah beberapa kali. Maksimal gaji yang diterimanya sekitar Rp200 ribu. “Angka 200 ribu itu jarang. Kebanyakan 150 ribu. Dengan angka segitu, memang kalau dibandingkan dengan yang lain ya nggak ada apa-apanya. Buat bensin ke sekolah saja kadang kurang,” pungkasnya. (den)

Tags :
Kategori :

Terkait