Urban Farming, Solusi Bisnis di Lahan Terbatas

Senin 02-03-2020,07:30 WIB
Reporter : Agus Rahmat
Editor : Agus Rahmat

Selain Chiska, ada Muhammad (40). Ia mengandalkan sudut kosong di rumahnya yang luasnya tidak lebih dari 100 meter persegi.

Muhammad mampu mengelola pagar rumahnya menjadi asri dengan tanaman sawi jenis pagoda. Metode penanamannya pun cukup melalui pipa paralon dengan ukuran 4 inch. Pipa dibuat hole (lubang) tidak kurang hingga 50 lebih.

Di dalam pipa tidak menggunakan tanah akan tetapi dialiri air dengan sirkulasi hingga 24 jam. Tanaman yang ditanam menggunakan media eks limbah batubara ini cukup diletakkan di pipa paralon dengan sirkulasi air menggunakan mesin yang biasa digunakan untuk akuarium. Hasilnya membuat tumbuhnya bagus.

Tidak hanya di lantai satu rumahnya yang terpasang paralon untuk tanaman hydroponik, tapi lantai atas juga terpasang paralon untuk media penanaman. Bahkan lebih keren bentuknya karena Muhamad mendesain dalam bentuk spiral. Dan itu semakin menambah keasrian. Dari total pipa terpasang tercatat sekitar 250 hole untuk tanaman sawi pagoda.

Sebelum menanam di tiap hole, Muhammad sudah mempersiapkan terlebih dahulu bibit menggunakan semacam busa yang juga eks limbah batubara. Setelah tumbuh akar dan daun, kemudian dipindahkan ke setiap hole. Melalui sirkulasi air yang terus mengalir selala 24 jam, maka akan bertumb dalam waktu 1,5 bulan. Tanaman sawi pagoda siap panen bila sudah adalah mekar.

Untuk pemasaran, Muhammad sudah memilki pelanggan yang datang ke rumah. Mereka rata-rata adalah reseller karena akan dijual lagi. Untuk sekali panen, satu hole Muhammad menjual dengan harga Rp5 ribu. Sedangkan reselller bisa menjual ke konsumen hingga Rp10 ribu. Bahkan reseller ada yang menjualnya secara online.

Bahkan untuk memasarkan produknya, Muhammad saat ini sudah memiliki brand yang diberi nama Vars, sayuran segar organik Griya Hydroponik Majasem Cirebon.

Muhamad mengaku sejak awal menerjuni dunia hydroponik tercatat sudah empat kali panen. Dibantu dengan istri tercinta Angki Wulandari, Muhammad saat ini merambah jejaring ke sekolah dan rumah-rumah yang ingin menanam hydroponik.

2

KREATIF: Mantan anggota dewan, Muhammad sudah memiliki brand sayuran segar organik, Griya Hydroponik Majasem Cirebon.

FOTO: OKRI RIYANA/RADAR CIREBON

Bahkan sudah ada beberapa sekolah dan rumah yang meminta dipasang untuk tanaman hydroponik. Tawaran yang diterima Muhammad pun bukan sekadar tawaran dengan memasang instalasi lalu ditinggal. Tapi Muhammad melakukan pendampingan sejak awal pemasangan instalasi, menanam hingga panen. Sehingga customernya benar benar merasakan pendampingan dan transfer Ilmu secara langsung.

“Mulai pemasangan instalasi hingga panen terus kita dampingi,” tandas Muhammad.

Keberhasilan Muhamad mengembangkan hydroponik ini justru memunculkan destinasi wisata baru di Kota Cirebon. Karena sekolah-sekolah khususnya siswa PAUD datang melihat langsung hydroponik. Termasuk dari luar Kota Cirebon juga datang dan penasaran ingin tahu pengelolaan hydroponik.

Bahkan tim Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Jawa Barat yang awalnya akan mengecek 11 ekor kucing milik Muhammad karena mati mendadak, kaget melihat budidaya hydroponik yang dianggap berhasil. Bahkan kabarnya siap membantu pengembangan hydroponik yang dikelola Muhammad. Atas keberhasilannya itu, mantan anggota DPRD 2014-2019 ini sempat dijuluki “Begawan Pagoda” karena berhasil mengembangkan budidaya tanaman sawi pagoda secara hydroponik.

“Saya sudah tidak menjadi anggota dewan lagi, jadi harus berpikir bagaimana menghidupi keluarga. Makanya saya off dari politik dan fokus ke pekerjaan saya sebagai petani hydroponik,” kata Muhammad. (ade/abd)

Tags :
Kategori :

Terkait