Akibat Keluarga Pasien Terindikasi Covid-19 Tak Terbuka, 21 Petugas Medis RS Ciremai Diisolasi

Senin 20-04-2020,11:00 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

CIREBON- Sebanyak 21 petugas medis Rumah Sakit (RS) Ciremai Kota Cirebon kini berstatus sebagai orang tanpa gejala (OTG). Itu setelah mereka melakukan pemeriksaan terhadap pasien terindikasi tertular Covid-19.

21 OTG itu terdiri dari dokter jaga, perawat IGD, dan perawat di Ruang ICU. Mereka kini menjalani isolasi mandiri di rumah masing-masing dan dipantau perkembangannya setiap hari.

Pasien yang ditangani berusia 70 tahun yang terindikasi tertular virus corona atau Covid-19. Pasien ini meninggal dunia setelah dilakukan perawatan di rumah sakit yang berlokasi di Jl Kesambi, Kota Cirebon, tersebut.

Data itu disampaikan Kepala RS Ciremai Letkol CKM dr Andre Novan setelah informasi terkait pasien itu beredar secara luas melalui grup WhatsApp. Kepada Radar Cirebon, Andre lmengatakan, pasien terindikasi tertular Covid-19 itu dibawa pihak keluarga ke RS Ciremai pada Selasa (14/4) sekitar pukul 09.00 WIB. Saat itu pasien dalam keadaan tak sadarkan diri.

Namun, lanjutnya, pihak keluarga tidak menyampaikan secara detail riwayat bepergian dan interaksi korban. Hanya menyampaikan bahwa pasien telah terjatuh lalu pingsan.

“Setelah informasi digali, tidak menyatakan ke arah sana (riwayat berpergian dan interaksi pasien, red),” ujar Andre, Minggu (19/4).

Mengetahui itu, petugas jaga/skrining di Posko Covid-19 yang berada di halaman RS Ciremai membawa korban ke Ruang IGD, tanpa curiga yang bersangkutan telah tertular. Kemudian Rabu (15/4) dini hari sekitar pukul 00.15 WIB, pasien dinyatakan meninggal dunia.

2

Andre mengaku tidak mengetahui detail kejadian saat itu. Termasuk riwayat berpergian atau interaksi korban.

“Hanya saja, pasien ini sempat berinteraksi dengan pasien positif Covid-19. Awal-awal pada saat masuk IGD, yang lain itu tidak tahu (kalau pasien pernah berinteraksi dengan pasien positif Covid-19, red). Tapi setelah di ICU, baru tahu,” jelasnya.

Pihak RS mengetahui itu setelah menggali informasi terus menerus kepada keluarga pasien. Saat menangani pasien di IGD, kata Andre, petugas medis menggunakan standar keamanan level 2. Seperti masker N95, namun tidak APD lengkap dengan hazmat, layaknya di ruang isolasi. Hal itu telah mengacu pada standar keamanan di IGD yang memang tidak diperuntukan bagi pasien menular seperti Covid-19.

Setelah mengetahui pasien pernah berinteraksi dengan orang yang positif Covid-19, pihak rumah sakit langsung melakukan pendataan terhadap petugas yang pernah bersinggungan. Hasilnya ada 21 orang dengan status OTG yang dirumahkan atau isolasi mandiri sejak 5 hari lalu. Andre menambahkan, hingga Minggu (19/4), 21 OTG dalam keadaan sehat dan tanpa gejala.

Rencananya, Selasa-Rabu (21-22/4) akan dilakukan pengecekan menggunakan rapid test terhadap 21 OTG tersebut. “Karena dokter paru kami menyarankan, kalau rapid test lebih efektif dilakukan 1 minggu setelah pasien itu diisolasi,” imbuhnya.

Pihak RS, termasuk dokter umum, dokter spesialis, rutin bertukar kabar dengan OTG tersebut melalui aplikasi zoom. Setiap harinya, masing-masing OTG mengabarkan kondisi mereka selama menjalani karantina mandiri di rumah masing-masing. “Hasilnya bagus, tidak ada keluhan seperti batuk atau suhu badan tinggi,” imbuh Andre.

Sementara itu, masih terkait pasien meninggal yang dinyatakan positif Covid-19 ini, dalam sebuah surat yang beredar disebutkan pasien merupakan salah satu pensiunan PUPR dan menetap di kompleks kantor BBWS Cimancis atau Cimanuk-Cisanggarung di Jl Ahmad Yani, Kota Cirebon.

Disebutkan bahwa pasien sebelumnya berkunjung ke kerabatnya yang meninggal yang juga PDP Covid-19. Atas kejadian itu, BBWS Cimancis mengambil beberapa langkah. Antara lain mengunci sekretariat BBWS Cimancis di Jl Ahmad Yani, menginventarisasi atau melacak interaksi korban dengan karyawan BBWS Cimancis, serta melakukan koordinasi dengan Tim Covid-19 Kota Cirebon.

Tags :
Kategori :

Terkait