KEJAKSAN– Hingga hari kelima pelaksanaan PPDB online, Rabu (3/7), kuota regular untuk beberapa sekolah favorit belum terpenuhi. Di SMAN 1 Cirebon misalnya, dari kuota jalur reguler sebanyak 298 siswa, baru ada 233 pendaftar yang masuk melalui sistem online. Data tersebut diperoleh koran ini sekitar pukul 14.00. Ketua Panitia PPDB SMAN 1 Cirebon, Drs Bekti Susilo MPd mengakui hal itu. Bekti memprediksi, saat penutupan pendaftaran pada Sabtu (6/7), kuota yang tersisa akan terisi oleh siswa baru. Diterangkan, setelah siswa mendaftar secara online, mereka harus datang ke sekolah tujuan untuk melengkapi data verifikasi seperti nilai UN yang asli dan fotokopi legalisir, dokumen asli prestasi, pas foto dan menunjukkan kartu keluarga (KK) asli. Syarat tersebut, lanjutnya, diberlakukan khusus bagi pendaftar dalam Kota Cirebon. Untuk pendaftar luar kota, sudah terpenuhi 36 siswa dengan NEM paling rendah 33,00. “Luar kota yang daftar sampai 150 lebih. Kami ambil hanya 36 saja,” bebernya. Sedangkan untuk siswa dari keluarga miskin, hanya terisi 22 siswa dari 40 kursi yang tersedia. Nilai NEM paling rendah dari keluarga miskin 18,50. Salah satu orang tua siswa asal luar kota Cirebon, Murdiyono mengatakan, anaknya sekolah di SDN Kebon Baru. Namun, karena alamat rumah di Kabupaten Cirebon, membuat anaknya dimasukan ke jalur kuota 10 persen. Padahal, selama 6 tahun telah mengenyam pendidikan di kota. “Ini tidak adil. Harusnya jangan pakai alamat, tapi asal sekolah,” pintanya. Sementara itu, fenomena berkurangnya minat pendaftar untuk sekolah favorit, memiliki beberapa kemungkinan. Bisa jadi karena takut dan mencari aman, bisa pula strategi sekolah dan disdik dalam memuluskan langkah terselubung. Hal ini disampaikan Kepala Bidang Litbang Dewan Pendidikan Kota Cirebon, M Rafi SE kepada Radar, kemarin. Dikatakan Rafi, fenomena sekolah favorit mulai ditinggalkan peminatnya bisa disebabkan karena berbagai kemungkinan. Setidaknya, ada dua kemungkinan. Yakni, karena siswa miskin takut masuk ke sekolah favorit akibat biaya tinggi yang dibebankan. Di samping itu, sistem dan pola pembelajaran dianggap lebih baik. “Orang tua yang merasa anaknya tidak mampu mengimbangi pola pembelajaran di sekolah favorit, lebih memilih sekolah bukan favorit untuk masa depan anaknya,” tukas Rafi. Di sisi lain, pemerintah belum dapat memberikan kepastian tentang keringanan biaya atau beasiswa bagi warga miskin. Kemungkinan kedua, lanjutnya, kekurangan pendaftar di sekolah favorit merupakan bentuk strategi bagi sekolah untuk meloloskan nama-nama yang sudah ada di laci kepala sekolah. Dimungkinkan, menjelang penutupan dan pendaftar masih kurang, nama yang di laci itu dimasukan ke sistem online. Karena itu, Rafi mengharapkan ada peningkatan pengawasan dari inspektorat dan wali kota. Menurutnya, lebih baik kursi yang kosong dibiarkan daripada dipaksakan diisi siswa yang tidak mendaftar melalui jalur PPDB resmi. Dikatakan, dengan jumlah siswa yang lebih sedikit, justru memberikan keuntungan bagi siswa saat belajar. Sebab, jika sebelumnya satu kelas 40 siswa, dengan kekurangan siswa satu kelas hanya terisi 25 orang. “Tidak perlu desak-desakan. Guru tetap mengajar 24 jam,” ucapnya. Namun, perlu diawasi dengan ketat data akhir pendaftar PPDB di setiap sekolah. Jangan sampai, ucapnya, karena lemah pengawasan membuka kesempatan memasukan nama di laci yang sudah disiapkan. Rafi memahami sistem pendidikan di Kota Cirebon. Sebagai aktivis yang lama berkecimpung di Kota Cirebon, berbagai modus dan upaya dalam setiap PPDB selalu dilakukan. Tahun ini, meskipun aturan perwali dan sistem menggunakan online, tetap saja terbuka berbagai kemungkinan untuk melakukan kecurangan. “Ini perlu diantisipasi. Setelah penutupan PPDB, inspektorat harus memastikan semua berjalan sesuai harapan. Bila perlu, wali kota langsung yang turun,” tukasnya. Sementara Kepala Dinas Pendidikan, Anwar Sanusi SPd MSi meyakini, pelaksanaan PPDB tahun ini lebih baik dari tahun kemarin. Terkait peluang aksi titip-menitip, Anwar menyebut hal itu tidak mungkin dilakukan. pasalnya, pengubahan sistem online akan diketahui dengan mudah. Beda jika anak memang memenuhi persyaratan seperti keluarga miskin atau siswa berprestasi, bisa diprioritaskan. Jika terjadi aksi titip-menitip yang dilakukan kepala sekolah, Anwar menyebut mereka tidak melaksanakan kebijakan perwali. “Akan ada sanksi tegas,” ucapnya. Jika ada sekolah yang tidak mencapai kuota 20 persen untuk siswa berprestasi dan keluarga miskin, sisa kuota akan diberikan ke jalur pendaftaran regular. Begitupula sebaliknya, jika kuota 20 persen siswa miskin terlewati, siswa miskin yang belum tertampung akan diberikan kesempatan pada jalur reguler. Melihat peluang ini, siswa siluman dimungkinkan muncul. “Siswa siluman tidak bisa masuk, karena menggunakan realtime. Kalau macam-macam dengan teknologi, pasti ketahuan,” tukasnya. (ysf) PPDB SEKOLAH FAVORIT -Kuota jalur reguler untuk SMAN 1 Cirebon sebanyak 298 siswa -Hingga kemarin sekitar pukul 14.00 baru 233 pendaftar -Diprediksi kuota itu akan terpenuhi saat penutupan pendaftaran pada Sabtu mendatang (6/7) -Untuk pendaftar luar kota di SMAN 1 sudah terpenuhi 36 siswa dengan NUN paling rendah 33,00 -Sedangkan untuk siswa dari keluarga miskin di SMAN 1 hanya terisi 22 siswa dari 40 kursi yang tersedia. Nilai NUN paling rendah dari keluarga miskin 18,50 -Untuk siswa kota, setelah mendaftar secara online mereka harus datang ke sekolah tujuan untuk melengkapi data verifikasi seperti nilai UN yang asli dan fotokopi legalisir, dokumen asli prestasi, pas foto dan menunjukkan kartu keluarga (KK) asli. FOTO: YUSUF SUEBUDIN/RADAR CIREBON SEPI PEMINAT. Proses pendaftaran dan verifikasi PPDB di SMAN 1, Rabu (3/7), tampak lengang dan jauh dari gambaran berdesak-desakan.
Hari Kelima, SMAN 1 Baru 233 Pendaftar Reguler, Perlu Awasi Injury Time
Kamis 04-07-2013,10:30 WIB
Editor : Dian Arief Setiawan
Kategori :