KUNINGAN – Sekda Kuningan Dr H Dian Rachmat Yanuar MSi mengajak diskusi para akademisi dari lintas kampus untuk membahas persoalan Covid-19. Sejumlah akademisi itu terdiri dari beberapa perwakilan kampus seperi Uniku, STIKKu, Nurul Iman dan perguruan tinggi yang lain.
Berbagai permasalahan Covid-19 dibicarakan dan dibahas bersama. Bahkan Sekda Dian menyebut, banyak permasalahan dan tantangan yang dihadapi pemerintah daerah di saat pandemi Covid-19 ini.
“Pandemi Covid-19 yang kita hadapi saat ini menyebar dengan sangat cepat. Area penularan sangat luas, sementara sarana kesehatan tidak seimbang. Tidak hanya itu saja, ketersediaan vaksin lambat, sementara begitu banyak orang mengharapkan adanya vaksin,” kata Sekda Dian saat diskusi, Sabtu (16/5).
Bahkan, menurutnya, dampak yang ditimbulkan begitu luar biasa. Tak hanya pada sisi kesehatan, melainkan mempengaruhi seluruh aspek sosial, ekonomi, budaya bahkan dapat memicu resesi global.
“Meski pemerintah daerah telah berupaya dengan berbagai langkah meminimalisasi penyebaran Virus Corona, namun keacuhan terhadap PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) atau ketidakdisplinan warga terhadap protokol kesehatan Covid-19 bisa memicu bertambahnya kasus Covid-19. Kita bersama-sama harus kerja keras dan patuh terhadap anjuran pemerintah dalam rangka memutus mata rantai penyebaran Covid-19,” ungkapnya.
Dian menjelaskan, kebijakan tentang ketahanan sosial di Pemerintah Kabupaten Kuningan kini telah digulirkan sejalan dengan pelepasan bantuan sebanyak 25.000 paket sembako ke seluruh keluarga penerima manfaat. Adapula bantuan pemerintah pusat dan bantuan provinsi, hingga kepedulian dari komunitas-komunitas dengan gerakan saling berbagi.
“Sampai saat ini secara keseluruhan di Indonesia, data kasus Covid-19 belum melandai. Jadi untuk meminimalisir penyebaran, tentu diperlukan peran aktif semua pihak apakah itu pemerintah, akademisi, pebisnis, media dan pihak lain sebagai modal sosial kolaboratif. Karena jika bersama, kita pasti bisa,” tandasnya.
Peran kunci akademisi dari beberapa perguruan tinggi, kata dia sebagai duta literasi. “Para akademisi ini berperan sebagai duta literasi untuk melawan Covid-19. Akademisi sebagai pengawal data kemiskinan dan kesesuaian bantuan. Akademisi juga sebagai inisiator budaya baru masyarakat yang lebih siap menghadapi wabah, serta akademisi sebagai penggerak kebangkitan ekonomi daerah pasca Covid-19,” tutupnya. (ags)